ERA.id - Uni Eropa selama ini secara publik menganggap kampanye suplai vaksin COVID-19 buatan Rusia sebagai sekadar propaganda oleh sebuah rezim politik yang penuh kontroversi.
Namun, seperti dilaporkan Reuters, (15/3/2021), di belakang layar blok di Benua Biru ini ternyata berkeinginan membeli vaksin buatan Rusia tersebut, yang bernama Sputnik V. Sejumlah sumber Reuters menyebut keputusan ini diambil menyusul langkah Uni Eropa (UE) yang tertatih-tatih dalam memvaksin 450 juta warganya.
Pejabat UE yang diutus untuk bernegosiasi dengan pembuat vaksin Rusia tersebut menyatakan bahwa pemerintahan Eropa tertarik berbicara satu meja dengan produsen Sputnik V. Bahkan, akan ada empat negara Eropa yang siap mulai membeli vaksin tersebut.
Hungaria dan Slovakia telah membeli vaksin Rusia tersebut. Sementara itu Republik Ceko telah menyatakan ketertarikannya, dan pemerintah Italia kini mempertimbangkan kompleks bioreaktor di ReiThera, di dekat Roma, untuk mulai memproduksi vaksin Sputnik V.
Para diplomat di Brussel selama ini dikritik karena lamban menjalankan program vaksinasi, berbanding terbalik dengan Inggris yang sudah melonggarkan pembatasan karena vaksinasi yang berjalan dengan cepat.
Uni Eropa telah menyetujui pembelian vaksin dari enam produsen vaksin Eropa dan kini tengah bernegosiasi dengan dua pabrik farmasi lainnya. Dewan pengawas obat dan makanan UE sejauh ini telah menyetujui empat produk vaksin, namun, lambatnya produksi membuat progres vaksinasi tak berjalan sesuai rencana.
Bila Sputnik V benar-benar disetujui oleh Eropa, ini akan menjadi kemenangan diplomatik oleh Rusia, negara yang relasi dagangnya dengan blok Eropa dibebani banyak sanksi akibat peristiwa aneksasi Krimea dan intervensi mereka di wilayah Ukraina.
Namun, prospek tersebut juga bakal memecah belah blok Eropa mengingat ada sejumlah negara yang mati-matian ogah memberikan ruang bagi Moskow.