Kisah Pilu Pengungsi Rohingya Tidur Beratapkan Langit, Setelah Kamp Kebakaran

| 25 Mar 2021 18:05
Kisah Pilu Pengungsi Rohingya Tidur Beratapkan Langit, Setelah Kamp Kebakaran
Para pengungsi Rohingya membangun kembali tempat perlindungan mereka di Cox's Bazar, Bangladesh, Rabu (24/3/2021), pascakebakaran besar dua hari lalu. (ANTARA FOTO/REUTERS/Mohammad Ponir Hossain/rwa).

ERA.id - Banyak warga etnis Rohingya korban kebakaran di kampung pengungsi di Cox's Bazar, Bangladesh, masih belum mendapatkan tenda untuk tidur dan berlindung sementara rumah mereka telah rata oleh tanah, demikian dilaporkan ANTARA, Kamis, (25/3/2021). Kondisi ini diperparah rusaknya infrastruktur sanitasi yang membuat penyebaran penyakit mudah terjadi.

Pada Kamis, ribuan pengungsi Rohingya memang telah memulai membangun kembali gubuk sementara mereka setelah kebakaran hebat yang terjadi di kampung itu, Senin, (22/3).

ANTARA melaporkan bahwa mereka membangun tempat berlindung menggunakan terpal, tali, dan bambu yang disediakan oleh kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan.

Masyarakat juga bergerak cepat di tengah hancurnya infrastruktur penting, seperti fasilitas medis dan sistem sanitasi, yang turut luluh lantak oleh kobaran api. Ada kekhawatiran akan meningkatnya penyebaran penyakit.

"Kami harus bertindak cepat untuk membangun kembali tidak hanya rumah, tetapi seluruh infrastruktur di daerah yang rusak," kata Snigdha Chakraborty, manajer badan bantuan Catholic Relief Services di Bangladesh.

"Membangun kembali jamban, sumur, dan kamar mandi sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah penyakit," ujar Chakraborty.

Terlepas dari upaya tersebut, banyak pengungsi yang masih belum mendapatkan kembali tenda perlindungan selama empat hari setelah kebakaran. Mereka harus bertahan dalam cuaca panas dan kelembapan yang meningkat.

"Semuanya telah hilang. Saya, istri, dan keenam putra saya, masih tidur di bawah langit. Saya berharap mendapatkan tenda hari ini," kata Mohammed Salam, seorang pengungsi berusia 50 tahun.

Dalam kebakaran hari Senin itu sedikitnya 11 orang telah dinyatakan tewas. Peristiwa itu juga menyebabkan 339 orang hilang, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Kebakaran itu adalah peristiwa trauma terbaru bagi banyak pengungsi, yang lari menyelamatkan diri dari rumah mereka di Myanmar barat ketika kelompok militer di negara itu melancarkan serangan terhadap pemberontak Rohingya pada 2017.

Dengan mempertimbangkan kepadatan berlebihan di tenda-tenda pengungsi yang dihamparkan di perbukitan yang gundul, Bangladesh telah mencoba untuk memindahkan 100.000 pengungsi Rohingya ke pulau terpencil di Teluk Benggala yang rawan banjir, meskipun ada tentangan dari sejumlah kelompok bantuan dan keengganan dari banyak orang Rohingya.

Rekomendasi