ERA.id - Tingkat keguguran dan kematian ibu naik sekitar 30 persen selama pandemi COVID-19 sehingga kualitas kehamilan makin buruk secara keseluruhan untuk bayi dan ibu di seluruh dunia, demikian menurut tinjauan data internasional yang diterbitkan pada Rabu, (31/3/2021).
Mengumpulkan data dari 40 studi di 17 negara, tinjauan tersebut menemukan penguncian wilayah, gangguan pada layanan persalinan, dan ketakutan terhadap kondisi fasilitas kesehatan, semua menambah risiko kehamilan yang memperburuk kondisi wanita dan bayi, demikian dilansir oleh ANTARA.
"Pandemi COVID-19 berdampak besar pada sistem perawatan kesehatan," kata profesor Asma Khalil, yang ikut memimpin penelitian di St George's University of London. "Gangguan intu menyebabkan kematian ibu dan bayi, yang sebenarnya bisa dihindari, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah."
Diterbitkan dalam jurnal Lancet Global Health, tinjauan tersebut menemukan peningkatan keseluruhan dalam risiko lahir mati dan kematian ibu selama pandemi, dan menemukan bahwa dampaknya pada negara-negara miskin lebih besar secara tidak proporsional.
Studi itu juga menemukan bahaya yang signifikan bagi kesehatan mental ibu. Dari 10 studi yang termasuk dalam analisis yang melaporkan kesehatan mental ibu, enam menemukan peningkatan depresi pascalahir, kecemasan ibu, atau keduanya.
Studi tersebut tidak menganalisis dampak langsung dari infeksi COVID-19 itu sendiri selama kehamilan, tetapi dirancang untuk melihat dampak kolateral dari pandemi virus corona pada hasil sebelum kelahiran, kelahiran, dan pascakelahiran.
Mengomentari temuan tersebut, Jogender Kumar dari Institut Pascasarjana Pendidikan dan Penelitian Medis di India mengatakan mereka menyoroti perbedaan yang mengkhawatirkan dalam perawatan kesehatan.
"Di negara-negara miskin sumber daya, bahkan dalam keadaan normal, sudah kesulitan menyediakan penanganan yang memadai untuk pemeriksaan sebelum kelahiran, keadaan darurat kehidupan, dan perawatan maternitas yang baik," tulisnya dalam sebuah komentar. "Pandemi COVID-19 telah memperlebar jurang itu."