WHO Ubah Nama Varian Covid-19 dengan Abjad Yunani, Ini Penjelasannya

| 02 Jun 2021 22:27
WHO Ubah Nama Varian Covid-19 dengan Abjad Yunani, Ini Penjelasannya
Ilustrasi virus SARS-CoV-2 yang mengakibatkan infeksi Covid-19. (Foto: NIAID/Flickr)

ERA.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin, (31/5/2021), mengatakan akan mulai menggunakan abjad Yunani untuk menamai varian-varian Covid-19.

Petinggi organisasi yang bermarkas di Jenewa, Swiss, itu mengatakan bahwa sistem penamaan terbaru bakal mempermudah diskusi publik terhadap varian Covid-19, yang ditengarai telah berjumlah lebih dari 1.000 varian saat ini.

Meski tetap menggunakan nama saintifik seperti B.1.1.7 - di mana huruf dan angka mengacu pada akar genetik varian dan urutan terjadinya mutasi - WHO juga akan mulai menamai sejumlah varian paling riskan, atau kelompok "varian yang dikhawatirkan", menggunakan abjad Yunani.

"Meski punya sejumlah keuntungan, nama-nama ilmiah sulit diucapkan dan diingat, dan rentan mengalami salah tulis," sebut WHO dalam penjelasannya, dikutip dari DW, (31/5/2021).

Sehingga, sebagai contoh, varian B.1.1.7 yang pertama kali diidentifikasi di Inggris kini memiliki nama lain varian 'Alpha'. Sementara itu varian yang pertama kali teridentifikasi di India - secara ilmiah dinamai B.1.617.2 - memiliki nama lain varian 'Delta'.

Keputusan ini, dilansir dari DW, muncul di tengah protes dari pemerintahan India atas praktik menamai varian virus berdasarkan wilayah geografis tempat varian itu pertama kali ditemukan. Cara seperti ini, sebut pemerintahan India, meningkatkan stigmatisasi karena mencakup nama negara - seperti varian 'Inggris' atau 'India' - sebagai sebutan varian virus.

Pemilihan abjad Yunani terjadi setelah tim pakar mempertimbangkan sejumlah opsi, mulai dari menggunakan nama-nama dewa Yunani hingga penciptaan nama-nama pseudo-ilmiah, sebut pakar bakteriologi Mark Pallen pada kantor berita Reuters.

Penggunaan nama baru diharapkan bisa mengurangi stigma yang dialami sejumlah negara, sebut Maria Van Kerkhove, pejabat teknis senior WHO yang menangani respons terhadap Covid-19.

"Tak ada negara yang perlu mengalami stigma karena berhasil mendeteksi dan melaporkan varian-varian Covid-19," kata dia.

Selain varian Alpha dan Delta tadi, ada juga varian 'Beta' yang mengacu pada varian Covid-19 yang pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan. Selain itu varian 'Gamma' mengacu pada varian P.1 yang pertama kali ditemukan di Brazil pada November 2020. Keempat varian tersebut telah dikelompokkan WHO ke dalam daftar varian 'yang dikhawatirkan'.

Rekomendasi