Terungkap, Eks Presiden Trump Minta Pindah Pasien Covid-19 ke Pulau Lapas Teroris

| 23 Jun 2021 11:22
Terungkap, Eks Presiden Trump Minta Pindah Pasien Covid-19 ke Pulau Lapas Teroris
Dokumen: Pangkalan Laut AS di Guantanamo Bay. (Foto: Wikimedia Commons)

ERA.id - Di awal bergulirnya pandemi Covid-19, eks Presiden Amerika Serikat Donald Trump pernah bersikukuh agar pasien infeksi corona dikirim ke sebuah pulau terpisah yang terkenal sebagai kompleks lapas teroris, Guantanamo Bay.

Dilansir dari The Guardian, (22/6/2021), informasi ini terungkap di dalam buku Nightmare Scenario: Inside the Trump Administration's Response to the Pandemic That Changed History. Buku itu ditulis oleh dua jurnalis Washington Post, Yasmeen Abutaleb dan Damian Paletta.

Koran Washington Post menyebut bahwa rapat di ruang Situation Room Gedung Putih pada Februari sempat berisi Trump yang bertanya pada ajudannya mengenai pulau Guantanamo.

"Kita hanya mengimpor barang-barang. Kita tidak mengimpor virus," Trump disebutkan pernah berkata demikian di rapat itu.

Para reporter mengatakan bahwa Trump berusaha mendesak agendanya tersebut - mengirim pasien Covid-19 ke Guantanamo - namun, ia terus disetop oleh para ajudannya.

Teluk Guantanamo sendiri digunakan Amerika Serikat lewat sebuah proses peminjaman yang rumit dengan Kuba, dilansir dari the Guardian. Penjara yang didirikan di pulau tersebut digunakan untuk memenjara tersangka teroris tanpa melalui proses pengadilan dan kondisinya sangat memprihatinkan.

Sejak peristiwa 9/11, kompleks ini terus menjadi sorotan pemerhati HAM.

Pada 2019, buku lainnya, yang berjudul A Warning by Anonymous, menyebut Trump sempat ingin mengirim para imigran gelap ke kompleks lapas tersebut.

Koran Washington Post mengatakan bahwa buku yang ditulis dua reporternya itu juga membahas bagaimana Trump tidak suka dengan jumlah tes Covid-19 yang dilakukan AS saat itu - yang menurutnya terlalu banyak.

"Saya bakal kalah dalam pilpres karena pengetesan (Covid-19)!" Trump dikabarkan berkata demikian.

Setelah mendeskripsikan berbagai situasi di Gedung Putih saat itu, para reporter menulis, "Itulah saat respons (pandemi) pemerintah berubah menjadi kondisi yang toksik, sehingga di manapun Anda berada, selalu ada orang yang siap membuat Anda marah atau mengancam akan memecat Anda."

Rekomendasi