NASA Coba Pecahkan Misteri Tubuh Astronot dengan Bawa Cumi-cumi ke Luar Angkasa

| 24 Jun 2021 20:03
NASA Coba Pecahkan Misteri Tubuh Astronot dengan Bawa Cumi-cumi ke Luar Angkasa
Dokumen: Astronot NASA, Mark Vande Hei, sedang menjalankan penelitian sistem imun Celestial, (22/5/2021). (Foto: NASA Johnson/Flickr)

ERA.id - Puluhan bayi cumi-cumi dikirim Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) ke luar angkasa untuk sebuah penelitian.

Dilansir dari Associated Press, (24/6/2021), bayi cumi-cumi jenis Hawaiian bobtail itu dibiakkan di Kewalo Marine Laboratory milik Universitas Hawaii dan dikirim ke luar angkasa awal Juni, menggunakan roket SpaceX yang membawa suplai bantuan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Ide meneliti cumi-cumi di luar angkasa dicetuskan ilmuwan Jamie Foster, yang kini menjadi penyidik utama untuk program riset NASA di bidang interaksi hewan di mikroba di lingkungan gravitasi mikro, demikian disebut di Associated Press.

Dengan meneliti bagaimana penerbangan luar angkasa mempengaruhi tubuh cumi-cumi, Foster berharap bisa memahami cara agar memperkuat kesehatan manusia selama misi luar angkasa jangka panjang.

Cumi-cumi bobtail
Cumi-cumi yang ditunjukkan di sebuah laboratorium di Honolulu, Hawaii, 11 Juni 2021. (Foto: Craig T. Kojima/Star-Advertiser)

Menurut Profesor Margaret McFall-Ngai, yang membimbing Foster di era 1990an, ketika astronot berada di lingkungan gravitasi lemah, hubungan antara tubuh dengan mikroba di dalam tubuh juga berubah.

Hubungan simbiosis semacam itu juga dimiliki oleh cumi-cumi. Ada bakteri dalam tubuh cumi yang membantu meregulasi kemampuan bioluminesens-nya.

"Kami menemukan bahwa simbiosis pada manusia terguncang di tengah gravitasi mikro, dan Foster telah membuktikan hal yang sama juga terjadi pada cumi-cumi," kata McFall-Ngai.

"Dan karena sistem tubuh cumi-cumi lebih sederhana, dia bisa memahami lebih ke dasarnya soal apa yang sebenarnya terjadi."

Foster, kepada Associated Press, mengatakan bahwa seiring bertambah lamanya seorang astronot di luar angkasa, sistem imunnya akan mengalami 'disregulasi'. Artinya, sistem kekebalan tubuh orang tersebut tidak bekerja dengan baik.

"Sistem imun mereka kesulitan mengenali bakteri. Mereka terkadang pun jatuh sakit," sebut Foster.

Foster yakin bahwa memahami fenomena yang sama pada tubuh cumi-cumi bakal bisa memecahkan permasalahan kesehatan astronot. Terutama, kata dia, ketika manusia berencana mengadakan misi jangka panjang, seperti menuju bulan atau planet Mars.

Cumi-cumi yang diternakkan Kewalo Marine Laboratory memang disiapkan untuk dipakai di berbagai penelitian di seluruh dunia. Hewan kecil ini mudah ditemukan di perairan Hawaii dan memiliki panjang 7,6 cm saat berusia dewasa.

Rekomendasi