ERA.id - Hujan deras yang melanda Shanxi, China Utara pekan lalu menyebabkan puluhan ribu rumah ambruk dan memicu tanah longsor di lebih dari 70 kabupaten dan kota. Empat anggota polisi juga dilaporkan tewas akibat tanah longsong.
Menurut laporan The Strait Times, lebih dari 1,75 juta orang dan 76 kabupaten di provinsi utara Shanxi terkena dampak banjir. Sebanyak 120.100 jiwa telah berhasil dievakuasi pada Minggu (10/10/2021).
"Lebih dari 17.000 rumah dilaporkan runtuh dan 190.000 hektar lahan pertanian akibat banjir," kata Badan Meteorologi China, dikutip The Strait Times, Senin (11/10/2021).
Selain itu dilaporkan empat petugas polisi tewas akibat tanah longsor. Namun diperkirakan jumlah korban tewas masih akan terus bertambah selama penyelamatan dan evakuasi terus dilakukan. Sayangnya cuaca yang ekstrem dan hujan lebat hingga badai menghambat upaya penyelamatan dan juga evakuasi para korban.
Sementara itu, 60 tambang batu bara terpaksa menghentikan operasinya setelah hujan lebat mengguyur Shanxi, yang dikenal sebagai provinsi penghasil batu bara utama China.
"Curah hujan baru-baru ini di sebagian besar provinsi telah menyebabkan naiknya permukaan air dan banjir di beberapa sungai," kata departemen manajemen darurat provinsi.
Bukan hanya itu saja, pemerintah juga terpaksa menghentikan pabrik kimia akibat adanya banjir. Operasi di 372 tambang non-batubara, 14 perusahaan kimia berbahaya, lebih dari 1.000 proyek konstruksi dan 166 tempat indah juga telah ditangguhkan.
Operasi telah dihentikan di 27 tambang batu bara lainnya pada 4 Oktober 2021. China sebelumnya juga dilaporkan menghadapi kekurangan energi yang menyebabkan pemadaman listrik. Pemerintah telah membatasi penggunaan listrik di pelabuhan dan pabrik.
Pihak berwenang China telah mengeluarkan tanggap darurat tingkat empat saat banjir besar melanda provinsi Shanxi. Komisi Nasional China untuk Pengurangan Bencana dan Kementerian Manajemen Darurat telah mengirim tim kerja ke daerah yang terkena bencana untuk membantu bantuan bencana.
Provinsi ini dilaporkan telah mengalokasikan 20 juta yuan (Rp44 miliar) untuk bantuan bencana bagi orang-orang yang terkena dampak banjir cukup parah.
Seorang ahli dari Administrasi Meteorologi China mengatakan pada hari Sabtu bahwa hujan lebat di Shanxi berlangsung dari 2 Oktober hingga Rabu lalu, disertai dengan badai petir dan penurunan suhu yang signifikan.
Dalam catatan lain, disebutkan bahwa banjir di Shanxi lebih buruk daripada banjir di Henan awal tahun ini. Catatan tersebut juga dilaporkan bahwa curah hujan yang terjadi tercatat sebagai hujan terparah yang pernah ada.