ERA.id - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy membantah kabar yang menyebut dirinya kabur dari negaranya saat konflik antara Rusia berkobar. Zelenskyy menyebut, ia tetap berada di Kiev, ibukota Ukraina.
Keberadaan Zelenskyy di Ukraina ini dikonfirmasi oleh anggota parlemen Ukraina Yevheniia Kravchuk usai muncul rumor menyenangkan. Kravchuk menegaskan Presiden Ukraina itu berada di Kiev seperti sebelumnya.
"Informasi yang disebarkan oleh media Rusia bahwa Presiden Zelensky melarikan diri ke Polandia adalah berita palsu. Dia berada di Ukraina, di Kyiv dan bekerja sama dengan pemerintah dan militer," kata Yevheniia Kravchuk, dikutip OneIndia, Sabtu (5/3/2022).
Tidak hanya Kravchuk, Zelenskyy sendiri juga menegaskan dirinya berada di Kiev dan tak pernah meninggalkan Ukraina. "Saya di Kiev, di tempat kerja saya, saya bekerja. Tidak ada yang lari ke mana pun", kata Volodymyr Zelenskyy.
Lalu, kata Zelenskyy, sejak invasi Rusia semakin memanas, setiap dua hari dia dirumorkan melarikan diri ke suatu tempat. Namun sekali lagi, dia menegaskan informasi miring yang beredar, tidak benar.
"Setiap dua hari ada informasi bahwa saya telah melarikan diri di suatu tempat: dari Ukraina, dari Kyiv, dari kantor. Saya di sini, di tempat. Tidak ada yang melarikan diri. Kami sedang bekerja," tegasnya.
Rumor tentang Zelenskyy yang meninggalkan negaranya menuju Polandia ini mulanya muncul dari seorang legislator Rusia, Jumat (4/3/2022). Dia menuduh Zelenskyy meninggalkan negaranya dan memilih menetap di Polandia.
"Zelensky meninggalkan Ukraina. Deputi Rada Verkhovna mengatakan bahwa mereka tidak dapat menemuinya di Lviv. Dia sekarang di Polandia," tulis Volodin, dikutip Sputnik, Sabtu (5/3/2022).
Sebelumnya Zelenskyy sempat mengumumkan bahwa dirinya menjadi target nomor satu oleh Rusia dan pasukan Rusia juga berusaha untuk menghabisi keluarganya. Pernyataan itu bahkan dia bagikan selama tayangan televisi beberapa waktu lalu.
"Musuh menandai saya sebagai target nomor satu, dan keluarga saya sebagai target nomor dua," ucapnya.
Pernyataan Zelenskyy ini muncul sehari setelah Amerika Serikat mengatakan kepada kepala hak asasi manusia PBB, Michelle Bachelet, bahwa Rusia telah membuat daftar sasaran dari orang Ukraina untuk dibunuh atau dikirim ke kamp.
Sementara itu, pembangkit listrik tenaga nuklir Ukraina juga telah disita oleh pihak Rusia. Penyitaan itu pun menimbulkan kekhawatiran tentang kekurangan akses ke data radiasi dan potensi kecelakaan nuklir.