ERA.id - Fasilitas sekolah memiliki peranan penting dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Sayangnya, fasilitas pendidikan di daerah pelosok masih kurang memadai, sehingga kondisi ini membuat proses belajar mengajar menjadi kurang nyaman.
Dengan fasilitas belajar yang lengkap terutama di daerah pelosok dapat memaksimalkan kemampuan dan meminimalkan hambatan-hambatan yang ada. Maka dari itu, Yayasan Happy Hearts Indonesia membangun fasilitas pendidikan di pelosok negeri ini.
Bertepatan diperayaan ulang tahun ke-10, Yayasan Happy Hearts Indonesia berencana akan membangun 10 sekolah di daerah pelosok, tepatnya di Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Ya, hari ini kita merayakan 10 tahun Yayasan Happy Hearts Indonesia. Kedepannya kami berharap bisa membangun 10 sekolah di NTT," ujar Sylvia Beiwinkler, CEO Happy Hearts Indonesia saat ditemui di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat pada Rabu (8/3/2023).
Sylvia merasa Sumba menjadi salah satu daerah paling pelosok di Indonesia. Menurutnya, wilayah Indonesia Timur harus mendapatkan banyak perhatian dalam bidang pendidikan.
Sylvia mengatakan bahwa pelajar yang bersekolah di daerah pelosok belum mendapatkan fasilitas yang memadai. Menurutnya, pelajar di daerah pelosok tidak perlu diawali mendapatkan fasilitas yang mewah.
Menurutnya, pelajar bisa mendapatkan fasilitas baik dengan dimulai dari tempat belajar layak, toilet hingga air bersih. Jika hal itu sudah terjadi, langkah selanjutnya bisa menambahkan akses fasilitas agar pelajar mendapatkan banyak wawasan.
"Rata-rata tempat belajarnya tak layak, lihat kursi dan mejanya keropos, nggak ada toilet, air kurang bersih. Memang kondisinya seperti itu," paparnya.
Kedepannya, Sylvia berharap agar Yayasan Happy Hearts Indonesia bisa membangun sekolah lagi di daerah Indonesia Timur lainnya. Selain daerah pelosok, Yayasan Happy Hearts Indonesia juga akan membantu orang-orang yang terdampak bencana alam.
"Memang harapan kita fokus (pembangunan sekolah di) Indonesia Timur. Tentu kita bantu juga daerah bencana. Selama ini kita bantu banyak daerah terpencil. Tanpa pendidikan kita tidak ada apa-apa," lanjutnya.