Tim Editor
ERA.id - Tidur di kasur empuk di atas dipan memang nyaman, apalagi kasur busa atau springbed yang pegasnya masih kencang. Tapi bagi sebagian orang, seperti kita apalagi anak kosan, kadang lebih memilih kasur tipis, seperti orang Jepang.
Di rumah orang Jepang, alas tidurnya, hanya futon --semacam kasur lipat yang disertai selimut. Kebiasaan tidur di futon dilakukan oleh hampir semua kalangan, baik kaya atau orang biasa. Tidak hanya tidur, mereka juga punya kebiasaan untuk duduk di atas lantai. Kenapa sih?
1. Budaya turun-temurun
Itu karena budayanya. Tidur di atas lantai, merupakan salah satu warisan leluhur yang telah ada sejak abad ke-13. Apalagi, di masa lalu Jepang memiliki kebijakan yang ketat terhadap kedatangan budaya dari negara-negara Eropa.
2. Nyaman
Orang Jepang tidak tidur secara langsung di atas lantai, melainkan menggunakan tatami–matras tradisional Jepang yang terbuat dari tenunan jerami. Di Indonesia, tatami mudah ditemui dalam bentuk styrofoam. Dengan desain seperti itu, tatami menghangatkan saat tidur.
Hebatnya, lantai tatami untuk tidur, terjaga bersih karena tidak boleh dilewati saat bersepatu. Itu pantangan. Tatami juga unggul, karena tidak menimbulkan suara gaduh seperti tidur di atas kasur. Tatami yang biasanya didesain dengan ketebalan sekitar 5 cm, mampu berfungsi sebagai bahan peredam suara.
Soal futon, ia terdiri dari dua bagian, yakni matras yang disebut dengan shikibuton serta selimut yang dikenal dengan kakebuton. Sebagai tambahan, kamu akan menjumpai keberadaan bantal yang disebut makura. Futon tersebut dapat digunakan atau dilipat secara ringkas, hanya dalam hitungan menit.
3. Ukuran rumah yang kecil
Ukuran rumah orang Jepang itu kecil, jadi mereka memanfaatkan betul ruang di rumahnya. Berbeda dengan rumah-rumah di Eropa atau Indonesia. Dengan kebiasaan tidur di lantai, kamar orang Jepang tampak cukup luas. Sekali membereskan futon, maka tamu bisa dilayani dan teman juga tidak kerepotan jika ingin menginap.
