ERA.id - Membahas tentang gelar akademik lulusan program pendidikan doktor atau srata-3 (S3), masih jarang didapat oleh anak muda. Namun, bukan berarti tak ada. Pemuda asal Jakarta, Willy Satrio Nugroho ialah salah satunya. Ia meraih gelar itu di usianya yang masih 25 tahun.
Willy berhasil menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Brawijaya, Malang, dengan disertasi Desain Katalis Organik untuk Produksi Hidrogen. Tak hanya meraih gelar doktor di usia muda, dengan bimbingan prof. Ir. Ing. Wardana, M.Eng.,ph.D., serta Winarto,ST.,MT.,ph.D dan Sugiono,ST.,MT.,ph.D selaku Koporomotor 1 dan 2, Willy juga berhasil lulus dengan menyabet prediket Cum Laude.
Willy mengaku tak pernah menargetkan meraih gelar doktor di usia muda. Setelah merampungkan pendidikan sarjana di jurusan teknik industri, Willy ingin menjadi programer. Dalam perjalananya, Willy justru mendapat tawaran menarik untuk mengikuti program PMDSU (Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul).
"Ya udah kita jalanin. Setelah jalani ini enjoy juga sih. Ternyata banyak yang dipelajari. Waktu kuliah doktor ini belajarnya sedikit. Kita malah banyak mikirnya sebenernya. Doktor itu kan kita disamping ilmu s1 dan s2 nya diterapkan, kita juga harus menemukan hal baru. Nah itu kan butuh kreatifitas, jadi kita butuh banyak inspirasi," kata Willy melalui sambungan telepon.
Kesuksesan Willy di bidang akademik tak lepas dari peran serta keluarga. Terutama ibunda tercinta, Sekar Purnama Sari, yang pernah mengenyam pendidikan di fakultas kedokteran UKI. Sejak duduk di bangku SMA, sang ibu selalu menanamkan kedisiplinan kepada Willy untuk terus belajar, dan fokus pada apa yang dicita-citakan. Jika ditelisik lebih jauh lagi, rupanya Willy merupakan keponakan dari Advokat/Pengacara kondang H Sonie Sudarsono SH, MH, yang kerap mendampingi sejumlah artis ibukota, sekaligus praktisi hukum perbankan.
"Ya ada peran ibu sejak SMA untuk disiplin belajar. Sebelumnya dilepas, sampai SMP masih main-main lah. Pas SMA sudah ditanya cita-citanya mau kemana, jadi harus disiapkan. Belajarnya juga sederhana, nggak ada bimble yang akhirnya bikin kita untuk berpikir kritis. Jadi waktu pulang sekolah langsung belajar, mengulang yang dipelajari di sekolah dan mempelajari materi berikutnya," urai Willy.
Willy percaya, siapapun juga bisa meraih gelar doktor di usia muda, seperti yang dirasakannya saat ini. Dengan catatan, orang itu harus berusaha dan fokus dengan tujuan yang ingin dicapainya. Ke depannya, Willy mengaku ingin berkontribusi untuk bangsa dan negara berbekal ilmu yang dimiliknya.
"Yang jelas berkontribusi buat bangsa dan negara. Targetnya ingin sih jadi profesor. Sebenernya semua orang itu dilahirkan dengan kemampuan yang sama. Saya selalu percaya semua orang sama, tapi mungkin cuma tergantung kita mau mengarahkan diri kita. Kalau kita fokus sama tujuan kita apapun itu, kalau diusahakan insya Allah berhasil," tandasnya.
Pecinta Kucing
Di balik keberhasilannya meraih gelar doktor di usia muda, rupanya Willy merupakan sosok yang menyayangi hewan. Ia mengaku memiliki 30 ekor lebih kucing dengan berbagai jenis. Saking cintanya terhadap hewan-hewannya itu, Willy rela melewati kesempatan mengikuti program Sandwich di Universitas Keio Jepang.
"Kemarin ditawarkan Sandwich di keio di Jepang. Cuma saya nggak bisa ikut, karena saya pelihara kucing lumayan banyak. Kucing saya ada 33 ekor," imbuh Willy.
Willy melanjutkan, kucing-kucing itu dipelihara lantaran terlunta-lunta di jalanan. Ada yang menjadi korban tertabrak motor, sakit, dan sebagainya. Sementara ini, aksi yang dilakukannya itu masih bersifat pribadi. Namun bukan tidak mungkin Willy mendirikan yayasan, untuk melindungi kucing-kucing yang terlantar di jalanan.
"Nggak koleksi sih, cuma banyak kucing yang lewat. Kadang ada yang minta makan, ada yang sakit, tertabrak motor, ya saya obati. Ya sering ketemu kucing yang bermasalah ya saya ambil aja. Sekarang masih pribadi sih. Mungkin nanti kalau sudah nggak kuat lagi saya buat yayasan, hahaha," pungkas Willy.