Unggah Ceramah Said Aqil soal Syiah, Five Vi: Maulid Nabi Bukan dari Ajaran Islam

| 11 Oct 2021 13:35
Unggah Ceramah Said Aqil soal Syiah, Five Vi: Maulid Nabi Bukan dari Ajaran Islam
Kolase foto Five Vi

ERA.id - Usai mengunggah konten soal larangan membungkuk di depan orang lain, kini mantan artis Five Vi mengunggah video Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siroj yang bercerita tentang Syiah.

Dalam video pendek tersebut, terpotong beberapa hal yang penting. Namun intinya, Said Aqil menjelaskan asal-usul peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Katanya, maulid pertama kali diadakan oleh Al-Muiz, seorang Khalifah Fatimiyah pada tahun 601 H yang bermazhab Syiah di Kairo. Sementara dari kalangan Sunni, pertama kali digelar oleh Syamsud Daulah dari Nidhamil di Irak.

“Al-Muiz yang membangun Kota Kairo. Gubernurnya bernama Jauhar Assoqli, yang membangun Al-Azhar yaitu Al-Muiz Al-Kohir li dinillah,” kata Said saat berceramah dalam Maulid Akbar dan Doa Bersama yang digelar LDNU di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Kamis (21/11/2019) silam.

Pria yang kerap memuji presiden Jokowi ini juga menuturkan, kalau Maulid Nabi merupakan sunah taqririyyah yaitu perkataan, perbuatan yang tidak dilakukan nabi, tetapi dibenarkan Rasulullah SAW.

Menurutnya, memuji atau mengagungkan Rasullah SAW termasuk sunnah taqririyah karena tidak pernah dilarang oleh Rasulullah.

Salah satu sahabat yang memuji-muji Nabi Muhammad adalah Ka’ab bin Juhair bin Abi Salma. Di hadapan Nabi Muhammad Ka’ab mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah orang hebat dan orang mulia.

Mendengar pujian itu nabi tidak melarang, bahkan membenarkan. “Malah Rasulullah memberi hadiah selimut yang sedang dipakai. Selimutnya bergaris-garis. Selimut garis-garis itu bahasa Arabnya adalah burdah,” ucap Said yang pernah bilang Jokowi adalah Bapak Infrastruktur.

Hingga kini, burdah milik Nabi Muhammad masih ada dan diabadikan di Museum Toqafi Istanbul Turki. Dari sana, tercipta qasidah atau syair yang isinya memuji Nabi Muhammad disebut qasidatul burdah.

Bukan dari ajaran Islam

Five Vi pun langsung merespons video yang terpotong dengan tulisan yang ia kutip dari Almanhaj dan berakhir jadi konten Instagram. Isinya begini.

"MAULID NABI BUKAN DARI AJARAN ISLAM

Syaikh Tajuddin Al Fakihani berkata: Saya tidak mengetahui dasar dari peringatan maulid ini, baik dari Al-Quran, Sunnah dan tidak pernah dinukil pengamalan salah seorang Ulama umat yang diikuti dalam agama dan berpegang teguh dengan atsar-atsar generasi yang telah lalu. Bahkan perayaan (maulid) tersebut adalah bid’ah yang diada-adakan oleh para pengekor hawa nafsu. Al-Maurid fii ‘Amalil Maulid. Dinukil dari Rasa-il fi Hukmil Ihtifal bi Maulidin Nabiy (I/7-14) dengan ringkas

Syaik Ibnu Taimiyyah berkata: Menjadikan suatu hari raya selain dari hari raya yang disyariatkan, seperti sebagian malam dibulan Rabi’ul Awwal yang disebut dengan malam maulid, atau sebagian malam dibulan Rajab, atau hari ke-18 dibulan Dzulhijjah, atau hari Jum’at pertama dibulan Rajab, atau hari ke-8 bulan Syawwal H yang dinamakan ‘Idul Abrar oleh orang-orang bodoh, maka semua itu termasuk bid’ah yang tidak pernah dianjurkan dan tidak pernah dilakukan oleh para Ulama Salaf. Majmu’ Fatwa XXV/298

Ibnul Hajj menjelaskan tentang peringatan maulid Nabi: Hal itu adalah tambahan dalam agama, bukan perbuatan generasi Salaf. Mengikuti Salaf, lebih utama bahkan lebih wajib daripada menambahkan berbagai niat (tujuan) yang menyelisihi apa yang pernah dilakukan Salafush Shalih. Sebab, Salafush Shalih adalah manusia yang paling mengikuti Sunnah Rasulullah dan (paling) mengagungkan beliau dan Sunnahnya. Mereka lebih dahulu bersegera kepada hal itu, namun tidak pernah dinukil dari salah seorang dari mereka bahwa mereka melakukan maulid. Dan kita adalah pengikut mereka, maka telah mencukupi kita apa saja yang telah mencukupi mereka. Al Madkhal II/234-235

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz berkata: Tidak diperbolehkan melaksanakan peringatan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan peringatan hari kelahiran selain beliau karena hal itu merupakan bid’ah dalam agama. Hukmul Ihtifal bil Maulid An Nabawi. Dinukil dari Rasa-il fii Hukmil Ihtifal bi Maulidin Nabiy I/57 dengan ringkas."

Rekomendasi