Aldila Sutjiadi-Christopher Rungkat dan Mimpi untuk Tenis Indonesia

| 30 Aug 2018 16:19
Aldila Sutjiadi-Christopher Rungkat dan Mimpi untuk Tenis Indonesia
Christopher Rungkat dan Aldila Sutjiadi (Sumber: Instagram/@Christorungkat)
Jakarta, era.id - Peraih medali emas tenis untuk nomor ganda campuran, Christopher Rungkat dan Aldila Sutjiadi memilih mengalokasikan bonus Rp1,5 miliar yang dijanjikan pemerintah untuk modal membiayai keperluan mereka dalam mengikuti berbagai kejuaraan tenis di dunia. Bukan apa-apa. Menurut keduanya, biaya untuk mengikuti sebuah kejuaraan tenis mahal parah, friends!

Bayangkan, dalam satu tahun, keduanya bisa menghabiskan uang Rp750 juta sampai Rp1 miliar untuk mengikuti turnamen-turnamen tenis kelas internasional yang digelar di berbagai belahan dunia. "Tergantung turnamennya di mana. Kalau di Asia memang lebih murah tapi kalau Eropa dan Amerika itu pasti anggaran lebih mahal," kata Aldila sebagaimana kami kutip dari Wartakota pagi ini, Kamis (30/8/2018).

Menurut Dila --sapaan akrab Aldila, dalam satu tahun, ia dan Christopher bisa mengikuti sekitar 30 turnamen internasional. Christopher melanjutkan, jika pembiayaannya dirinci, untuk mengikuti satu turnamen internasional ia dan Dila bisa menghabiskan dana sekitar 22-30 juta rupiah.

"Sekarang satu series itu bisa enam sampai delapan hari. Misalnya satu series, kalau sama tiket pesawat, hotel makan dan lain-lain bisa 1.500-2.000 dolar AS (Rp 22-Rp 30 juta, kurs 1 USD = Rp 14.690). Belum gaji pelatih, fisioterapis, dan lain-lain," kata Christopher kepada Antara.

Sangat worth it sih sebenarnya buat keduanya mengeluarkan begitu banyak uang untuk mengikuti berbagai kejuaraan internasional. Selain untuk mengejar mimpi mereka meningkatkan ranking dalam jajaran petenis dunia, turnamen internasional sejatinya memang menjanjikan hadiah yang enggak kecil.

Hadiah sebuah kejuaraan tenis internasional rata-rata mencapai total 20.000 hingga 25.000 dolar AS atau Rp292.860.057 hingga Rp366.075.071 per kejuaraan jika merujuk pada kurs yang berlaku saat ini. Tapi, soal hadiah ini, tentu saja hanya bisa mereka dapat ketika mereka menjuarai kejuaraan.

Membantu Christopher-Dila wujudkan mimpi

Pada bagian ini, sponsor berperan amat penting. Selama ini, Christopher dan Dila pun mengaku langkahnya sangat bergantung pada sponsor. "Ya pasti ya, apalagi yang baru merintis kendala nomor satu pasti sponsor. Sebagian ada sponsor yang support," tutur Christopher.

Nah, raihan medali emas pada Asian Games 2018 ini diharapkan Christopher dapat memancing keterlibatan sponsor --baik yang telah atapun belum bekerja sama-- dalam karirnya. "Saya berterimakasih kepada sponsor yang ada mudah-mudahan setelah Asian Games lebih royal lagi."

Memang, jika melihat sepak terjang Christopher dan Dila dalam Asian Games 2018, rasanya dukungan maksimal sangat layak diberikan untuk keduanya mengembangkan karier ke depan. Bukan apa-apa, kemenangan Christopher-Dila dalam laga final melawan ganda Thailand, Luksika Kumkhum-Sonchat Ratiwatana enggak cuma menghasilkan emas, tapi juga mencatatkan sejarah.

Lapangan tenis di Kompleks Jakabaring, Palembang jadi saksi bangkitnya kejayaan Indonesia dalam olahraga tenis. Kemenangan keduanya juga mengakhiri penantian panjang bangsa Indonesia untuk sumbangan medali emas dari olahraga tenis. Bayangkan, emas terakhir yang disumbangkan atlet tenis Indonesia adalah sumbangan dari Yayuk Basuki dan Hary Suharyadi dalam Asian Games 1990 di Beijing.

Sejatinya, Christopher dan Dila selalu memiliki mimpi yang lebih besar dari siapapun, termasuk mimpi dari federasi yang memayungi olahraga ini: Persatuan Lawn Tenis Indonesia (PELTI). Coba saja, dalam Asian Games 2018 ini, PELTI enggak pernah menyangka capaian gemilang yang ditorehkan Christopher dan Dila. Keduanya pun hanya dibebani dengan target satu perunggu.

Tapi, mimpi PELTI yang cuma satu perunggu itu dilampaui oleh Christopher dan Dila. Kini, Christopher dan Dila kembali menapaki langkah untuk mewujudkan mimpinya yang lebih besar untuk menembus 500 besar ranking dunia tahun ini, sembari menapaki mimpi yang lebih besar lagi untuk bertengger dalam 300 besar petenis dunia pada tahun depan, sebelum tentunya dapat berlaga di Olimpiade dan Grand Slam.

"Ini gelar perdana saya, di Asian Games pertama saya. Dan ini (emas) saya persembahkan buat orang tua yang sudah banyak berkorban bagi saya dari kecil dan memberi dukungan atas apa yang dipilih yaitu karier tenis saya, tanpa mereka mungkin karier aku gak lanjut," ujar Dila.

Baiklah, barangkali Bung Karno benar: Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.

Rekomendasi