Aldila Sutjiadi sudah mengenal tenis sejak masih kecil. Masuk akal karena lingkungannya tak jauh dari dunia tenis. Kakeknya adalah pemain tenis. Begitu juga sang ayah bernama Indriatno Sutjiadi yang menurunkan bakatnya kepada anak-anaknya termasuk Aldila.
Ketika anak-anak usia lima tahun masih sibuk bermain boneka atau mainan, Aldila malah sudah belajar memegang raket tenis. Raket itu seolah menjadi mainan bagi dara kelahiran 2 Mei 1995 ini. Tak heran, tepat di usia sembilan tahun, Aldila sudah jalani debutnya di pertandingan tenis.
Sinar terang mulai menghampirinya saat bermain di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012 di Riau. Tiga medali emas dia borong untuk nomor tunggal putri, ganda putri, dan beregu. Padahal usianya kala itu barulah 17 tahun, seperti dilansir dari laman resmi Kemenpora, Senin (19/11/2018). Nama Aldila semakin melambung setelah bersama Christhoper Rungkat meraih medali emas pada cabang olahraga tenis ganda campuran.
"Awalnya sih enggak nyangka ya dapet emas, karena melihat kualitas peserta-pesertanya, pemainnya sudah sering bermain di level Grand Slam. Jadi waktu itu sempet terkejut dan memang senang sekali bisa mendapat emas dan memperolehnya di Indonesia," kata petenis yang mengidolakan Roger Federer ini.
Kemenangan Aldila dan Christo di Asian Games kemarin juga disambut baik. Wajar saja mengingat terakhir kali Indonesia meraih emas di tenis ganda campuran yakni pada Asian Games 1990 melalui pasangan Yayuk Basuki dan Hary Suharyadi. Sehingga Dila dan Christo telah mencetak sejarah dengan mengakhiri puasa emas selama 28 tahun.
Malah Dila mulai disejajarkan dengan Yayuk Basuki, legenda tenis Indonesia. Dila justru merasa tertantang dan tidak terbebani secara mental.
"Sebagai penerus tante Yayuk sih nggak terbebani karena aku menanggapi ini sebagai motivasi, bahwa aku ada kesempatan menjadi seperti tante Yayuk. Daripada melihat ini sebagai beban, justru aku jadikan motivasi agar bisa menggapai target-target aku seperti main di Grand Slam," katanya santai.
Secara terang-terangan, Dila juga menyampaikan target pribadinya pasca meraih sukses di Asian Games 2018. Saat ini peringkat dunia Aldila Sutjiadi masih berada di angka 600-an. Dia bertekad untuk menembus peringkat 500 dunia pada akhir tahun 2018. Lalu pada 2019, dia akan terus berusaha mengejar target berada di peringkat 300 dunia. Untuk mewujudkan cita-cita itu, Dila harus tampil baik pada setiap turnamen yang digelar oleh ITF sebagai federasi internasional yang menaungi cabang olahraga tenis.
Selain jago bermain tenis, Dila juga cerdas secara intelektual. Dia lulus dari jurusan matematika ekonomi Universitas Kentucky, Amerika Serikat dengan predikat cum laude. Adapun Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Dila berada di angka 3,92.