Fakta Lagu Bengawan Solo yang Mendunia

| 15 Sep 2018 09:44
Fakta Lagu <i>Bengawan Solo</i> yang Mendunia
Gesang (Twitter @setoprayogi)
Jakarta, era.id - Menyebut nama Gesang tentunya tidak lepas dari Bengawan Solo, sebuah lagu keroncong yang ia ciptakan dan telah diterjemahkan ke dalam 15 bahasa. 

Dilansir dari beberapa sumber, lagu fenomenal ini diciptakan pada 1940, ketika Gesang masih berusia 23 tahun. Gesang muda waktu itu sedang duduk di tepi sungai Bengawan Solo dan mendapat inspirasi menciptakan sebuah lagu yang prosesnya memakan waktu enam bulan. 

Lagu ini juga memiliki popularistas tersendiri di luar negeri, terutama di Jepang, dan sempat menghiasi salah satu film layar lebar di Negeri Sakura. Lagu Bengawan Solo masuk ke Jepang untuk pertama kali sekitar setengah abad yang lalu di kala masa perang. 

Pada saat tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, lagu itulah yang sering diputar radio dan akhirnya terdengar di kalangan serdadu Jepang serta orang-orang Jepang yang berada di sini. Lewat lagu Bengawan Solo orang Jepang langsung tahu bila kita menyebut nama Gesang. Terutama bagi mereka yang berusia lanjut.

Gesang Martohartono lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada 1 Oktober 1917. Sebagai seorang komponis lagu-lagu keroncong dengan karya bermutu tinggi, Gesang bukanlah pencipta lagu yang produktif. 

Sepanjang 92 tahun usianya, ia hanya mampu menghasilkan tidak lebih dari 42 karya. Bengawan Solo bahkan menjadi satu-satunya lagu yang dibuat Gesang sepanjang tahun 1940. Gesang, wafat pada 20 Mei 2010.

Baru-baru ini, lagu Bengawan Solo mendadak viral di Korea Selatan setelah dinyanyikan oleh seorang profesor musik di Seoul Institute of Art (SIA), Lee Jungpyo, dengan iringan alat musik tradisional Korea gayageum (sejenis kecapi) yang juga dimainkannya. Dalam hitungan hari, video versi cover lagu tersebut sudah ditonton lebih dari 230.000 orang.

Jungpyo menyajikan lagu tersebut pada sajian pembuka jamuan makan malam kenegaraan yang diadakan Presiden Korea Moon Jae-in dan Ibu Negara Kim Jung-sook untuk menghormati Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo di Istana Kepresidenan Korsel atau biasa disebut Blue House, Senin (10/9/2018).

Ibu Chan--sapaannya--yang mengajarkan world music di SIA ini sebenarnya tidak asing dengan musik tradisional Indonesia karena dirinya pernah berkolaborasi dengan Djaduk Ferianto dalam Oneness World Music Festival 2017 di SIA. Wanita yang kini berusia 65 tahun ini telah mendedikasikan lebih dari separuh hidupnya untuk Indonesia. 

Baca Juga : Bengawan Solo yang Dicintai di Korea Selatan

Tags : album musik
Rekomendasi