Dobrak Aturan Ala Miftahul Jannah

| 09 Oct 2018 18:12
Dobrak Aturan Ala Miftahul Jannah
Miftahul Jannah (Sumber: Instagram/@miftahul_blindjudo)
Jakarta, era.id - Miftahul Jannah, Judoka Indonesia yang didiskualifikasi dari pertandingan Asian Para Games 2018 karena mengenakan hijab akhirnya angkat bicara. Miftahul mengaku paham dengan aturan tersebut, namun ia memilih tetap turun gelanggang dengan hijabnya. Alasannya, hijab adalah prinsip hidup yang enggak boleh ia lepas. Dan dengan cara itu, Miftahul berharap larangan penggunaan hijab dalam pertandingan judo dihapuskan.

Baiklah, barangkali ini saatnya berhenti memperdebatkan didiskualifikasinya Miftahul. Dan pastikan, kita enggak berhenti dengan sebuah kesimpulan soal benar dan salah. Lagipula, Miftahul menyatakan menerima diskualifikasi yang ia terima. Jadi, mari kita lihat peristiwa ini secara menyeluruh, termasuk keputusan Miftahul yang sengaja mendobrak aturan tersebut, sebuah sikap yang sejatinya amat menarik untuk disoroti.

Siang tadi, Selasa (9/10/2018), Miftah meluruskan kabar yang menyebut bahwa kegagalan tim pelatih dan ofisial judo Indonesia menyerap informasi dan sosialisasi soal peraturan blind judo sebagai penyebab utama diskualifikasi ini.

"Kalau kemarin, kan sebelumya Miftah sudah tahu, kalau untuk blind judo itu nggak boleh pakai hijab," kata Miftahul kepada wartawan di rumah dinas Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) di Jalan WIdya Chandra III, Jakarta Selatan.

"Apalagi itu sudah tertera di IJF (Federasi Internasional Judo). Miftah ingin menerobos itu semua ... Ketika di hari H, setelah pelatih ikuti technical meeting, salah satu pelatih kasih kabar ke Miftah. Dan Miftah menjawab sesuai dengan komitmen Miftah, apapun yang terjadi itu memang aturan harus dijalankan, dan Miftah punya perinsip yang harus Miftah jalankan," sambungnya.

Lebih lanjut, Miftahul menjelaskan peristiwa yang terjadi sesaat sebelum ia turun matras. Kata Miftahul, hingga menginjak matras, dirinya masih menggunakan hijabnya, hingga wasit memintanya melepas hijab. Menolak melepas prinsipnya, Miftah pun menolak dan akhirnya didiskualifikasi. Soal itu, Miftah telah mengakui bahwa ia memang menyalahi aturan. "Ketika sudah sampai di matras, wasit suruh buka dan Miftah tetap enggak. Miftah tetap jalani aturannya juga. Meski Miftah sedikit salahi aturannya."

 

Aturan hijab dalam blind judo

Terdiskualifikasinya Miftahul bergulir jadi perdebatan panjang sejak kemarin. Berbagai pihak menganggap hal ini sebagai diskriminasi terhadap kelompok Islam. Bahkan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sampai bereaksi, meminta pihak-pihak terkait menjelaskan peristiwa yang sempat memancing sentimen keagamaan ini.

"MUI minta kepada penanggung jawab pertandingan judo untuk menjelaskan kepada publik alasan pelarangannya secara detail, tidak cukup hanya karena ada peraturan semata, agar masyarakat tidak salah paham," kata Wakil Ketua MUI Zainut Tauhid dalam keterangan persnya, Senin (8/10/2018).

Seperti Miftahul, MUI juga berharap aturan soal larangan penggunaan hijab harus direvisi demi hak asasi manusia, apalagi yang berkaitan dengan pelaksanaan keyakinan agama. "Penanggung jawab pertandingan judo Asian Para Games 2018 seharusnya dapat mengkomunikasikan hal tersebut dengan pihak yang membuat peraturan  agar dapat merevisi aturan yang sifatnya diskriminatif dan tidak sesuai dengan semangat penghormatan terhadap HAM," jelasnya.

Memang, dalam aturan judo internasional telah diatur dengan jelas larangan penggunaan penutup kepala dalam pertandingan judo. Dirangkum dari dokumen peraturan federasi judo internasional yang dipublikasikan di laman judobound.de (Asosiasi Judo Jerman), setiap kontestan yang enggak mau mematuhi persyaratan soal kebersihan, rambut, dan penutup kepala enggak akan diizinkan bertanding, dan atlet yang jadi lawannya akan otomatis dimenangkan atau fusen-guchi.

Peraturan itu pun dibenarkan oleh Direktur Olahraga Panitia Penyelenggara Asian Para Games 2018 (INAPGOC), Fanny Irawan. Menurutnya, aturan itu sudah berlaku sejak lama dan diterapkan secara internasional. Dalam aturan federasi judo internasional, kepala atlet hanya boleh ditutup atas kebutuhan medis.

Perjuangan yang sama

Upaya menggoyang aturan enggak cuma terjadi di arena blind judo Para Asian Games 2018. Beberapa waktu lalu, Miss Ukraina, Veronika Didusenko juga menjalani perjuangan serupa. Jika yang diperjuangkan Miftah adalah hak mengenakan hijab, Veronika justru memperjuangkan statusnya sebagai ibu beranak satu.

Kisah Veronika bermula pada 25 September 2018, ketika dirinya dinobatkan sebagai Miss Ukraina. Namun, tiga hari berselang, juri menemukan fakta bahwa Veronika adalah seorang janda beranak satu. Atas fakta tersebut, Veronika didiskualifikasi dan gelar Miss Ukraina Veronika pun dicabut.

"Sejumlah kabar menyebut bahwa saya telah memiliki anak, dan juri memutuskan untuk memilih pemenang baru dan memberi gelar itu (Miss Ukraina) kepadanya," tutur Veronika dalam sebuah video yang ia unggah ke media sosial.

Menurut Viktoria, ia sengaja melakukan hal tersebut untuk mendobrak aturan yang menurutnya sudah sangat kuno dan diskriminatif. "Peraturan itu dibuat sejak 1951. Sejak itu, mereka enggak pernah sekalipun mengubah atau seenggaknya melakukan pembahasan ulang soal peraturan itu. Menurut saya, aturan tersebut sudah sangat kuno, dan sangat enggak layak diberlakukan pada masa ini."

Namun, sayang. Konsekuensi dari pelanggaran ini cukup berat. Viktoria Kiose, perwakilan Komite Miss Ukraina 2018 mengatakan, atas pelanggaran aturan yang dilakukan, Veronika enggak hanya kehilangan gelar Miss Ukrainanya, tapi juga terancam kehilangan lisensi Miss World-nya. Sebab, dua kontes tersebut menganut aturan yang kurang lebih sama soal status pernikahan seorang peserta.

Ya, begitulah. Perjuangan tetaplah perjuangan. Meski memang menabrak aturan yang berlaku, tapi Miftahul ataupun Veronika seenggaknya telah berdiri di atas keyakinan mereka. Dan kembali lagi, enggak perlu berpikir benar dan salah. Yang jelas, lewat dua kisah perempuan ini, kita dapat melihat bagaimana aturan dan prinsip berdiri sama tegak di atas matras blind judo ataupun panggung Miss Ukraina.

Rekomendasi