Dodol Khas Betawi, Seperti Apa?

| 06 Jul 2018 16:00
Dodol Khas Betawi, Seperti Apa?
Pembuat dodol Betawi (Tasya/era.id)
Jakarta, era.id - Legit, hitam manis, dan harum. Jajanan yang satu ini identik dengan Kota Garut. Apalagi kalau bukan dodol. Eits, jangan salah, kue dodol ternyata tidak cuma ada di Kota Garut. Jakarta pun punya dodol khas Betawi.

Dodol khas Jakarta ini terbuat dari tepung beras ketan, santan kelapa, dan gula merah. Yang membedakan dengan dodol Garut, karena made in Betawi dicampur dengan durian.

"Dodol Betawi ada campuran rasa durian. Kalau dodol Garut, Palembang, kan campuran rasanya macam-macam. Kalau kita aslinya durian saja,” ujar Ridwan, penjual dodol Betawi pada Festival Jaksa Reborn and Jaksa Ethnic Festival, Sabtu (23/12/2017).

Ada dua varian untuk dodol ini, yaitu warna coklat yang terbuat dari beras ketan, dan warna hitam yang terbuat dari beras hitam. Kepada era.id, Ridwan mengaku telah bekerja pada pemilik dodok selama dua tahun.

"Kalau kita jualan udah dua tahunan, tapi sebelumnya udah bikin dari enam tahunan. Kita hari Minggu setiap minggu ada di car free day Bundaran HI," ungkap Ridwan.

Laki-laki 26 tahun ini menjelaskan proses pembuatan dodol yang dibanderol Rp45 ribu untuk setengah kilo dan Rp70 ribu untuk satu kilo. Pembuatan dodol memakan waktu sembilan jam. Sekali pembuatan, dodol yang diproduksi rata-rata 35 kg  dan membutuhkan beras ketan sebanyak 12-15 liter.

"Mulai dari marut kelapa, bikin santan, mencairkan gula merah sampai menepung ketan prosesnya bisa sembilan jam terus diaduk secara rata sampai jadi seperti ini," ungkapnya sambil terus mengaduk dodol yang ada di wajan besar atau yang biasa disebut kenceng.

Mengaduk dodol bukan perkara mudah. Dodol yang sudah jadi bertekstur lengket dan berat saat diaduk. Namun Ridwan menjelaskan, dodol hanya sulit dan berat diaduk saat sudah matang.

"Kalau untuk pertama awal pembuatan masih santai, kalau sudah matang baru mulai berat butuh tenaga,” ujar dia.

Ironis, dengan banyaknya muncul jajanan kekinian, jajanan tradisional semakin tergerus. Penggemar dodol memang terus berkurang. Namun jajanan legit ini masih laris ketika mendekati hari raya Idul Fitri.

"Sekarang sih (penggemarnya) sudah mulai berkurang, tapi kalau lagi lebaran banyak yang nyari. Kalau hari biasa ya standar lah. Kalau anak muda sih jarang jajan dodol, kebanyakan ibu-ibu," tambahnya.

Andi (67) yang berjalan-jalan dengan istri dan cucunya, mampir ke gerai Rumah Dodol Betawi Bang Rizal itu. Andi senang membeli dodol Betawi karena dodol adalah salah satu makanan favoritnya. Ia membeli dodol ukuran setengah kilo untuk dijadikan kudapan.

"Saya suka sekali makan dodol. Dari dulu sampai sekarang demennya makan dodol. Rasanya tuh enak, legit, senang lah pokoknya," ungkap Andi.

Gerai Rumah Dodol Betawi Bang Rizal ini tampak beberapa kali menarik perhatian pengunjung. Beberapa pengunjung festival sempat berhenti di depan gerai penjual dodol ini. Mereka tertarik meihat Ridwan tengah mengaduk dodol dan beberapa kali mengabadikan momen tersebut dengan kamera ponsel.

Rekomendasi