Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal yaitu 140/90mmHg.
Dilansir Antara, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam kurun waktu 2013-2018, prevalensi penyakit hipertensi generasi milenial naik dari 24,8 persen menjadi 34,1 persen.
Penyebabnya pun beragam mulai dari gaya hidup yang tidak sehat seperti kurang aktivitas fisik, pola makan, merokok serta meminum alkohol sampai faktor psikososial seperti stres.
"Faktor psikososial juga dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi. Enggak sabaran, emosian, ada masalah dengan teman-temannya, masalah dengan rekan kerja atau keluarga, itu kan memicu stres," ujar Paskariatne Probo Dewi Yamin dalam seminar Waspada Hipertensi pada Generasi Milenial di Jakarta, Jumat.
Sementara itu, pengisi seminar lainnya, Adre Mayza menjelaskan hubungan antara hipertensi dengan stres dipicu karena jantung berdegub dengan cepat. Saat seseorang banyak pikiran atau resah, dia akan cemas. Di situlah denyut jantung menjadi tidak teratur sehingga tekanan darah menjadi tinggi.
"Waktu dia stres dengan pemicu stresnya yang beragam, denyut jantungnya menjadi bertambah cepat dan tidak teratur," kata Adre.
"Misalnya juga, ketika kita mau jadi pembicara, ternyata materi atau makalah belum beres. Kan pasti jadi stres, deg-degan. Makanya diperlukan yang namanya mengatur waktu dengan baik," tambah Paskariatne.
Untuk mengatasi stres agar tidak berujung pada hipertensi yang harus dilakukan adalah tidur dengan cukup, belajar teknik relaksasi, banyak sharing, mampu mengatur waktu dengan baik, menyayangi diri sendiri dan mintalah pertolongan bila diperlukan.