"Tema umum mengenai keamanan perempuan, cenderung sama di berbagai tempat di dunia. Tapi jika melihat lebih spesifik ke negara atau wilayah tertentu, perilaku tersebut sangat dipengaruhi budaya setempat," kata Wakil Direktur Manajemen Kebijakan Global Monica Bickert Rabu (30/10/19), dilansir dari Antara.
Facebook meng-upgrade kemampuan kecerdasan buatan dan machine learning mereka agar secara proaktif dapat mendeteksi gambar dan video telanjang atau setengah telanjang yang dibagikan tanpa izin. Sebelumnya, Facebook hanya bisa mendeteksi hal seperti itu jika mendapat laporan dari pengguna.
Perusahaan yang berbasis di San Francisco, AS, itu menggunakan ciri khas digital (digital fingerprint) dan teknologi pencocokan foto (photo-matching) untuk menghapus dan memblokir foto tersebut. Dengan begitu, foto itu tidak bisa dibagikan lagi di platform Facebook atau Instagram.
Selain membuat teknologi menjadi lebih canggih, Facebook sedang memperbarui kebijakan untuk merespons isu keamanan perempuan di dunia maya. Langkah itu mereka ambil setelah berdiskusi dengan ahli dan organisasi pemberdayaan perempuan dari berbagai negara.
Perusahaan yang dipimpin Mark Zuckerberg itu menyimpulkan, setiap negara atau wilayah bisa jadi memiliki isu pelecehan seksual yang berbeda berdasarkan norma dan kebiasaan yang berlaku di negara itu. Karena itu, mereka harus memahami masalah secara komprehensif.
Contohnya, menurut Facebook, perempuan di Amerika Serikat merasa dilecehkan jika foto tanpa busananya tersebar di dunia maya. Sedangkan perempuan di negara lain merasa dipermalukan jika ada yang mengunggah fotonya bersama laki-laki yang bukan anggota keluarganya.
Baca Juga : Cegah Hoaks, Facebook Punya Fitur News
"Untuk menyikapi perbedaan tipe pelecehan yang luas itu, aturan kami harus bijaksana dan komprehensif," kata Facebook dalam blog.
Facebook telah memberikan fitur khusus bagi para perempuan pengguna platform tersebut di India, Pakistan dan Mesir. Fitur itu berupa kontrol untuk mengatur siapa yang bisa mengunduh dan membagikan foto profil mereka.
Perempuan pengguna Facebook di negara-negara itu dan organisasi keamanan siber, khawatir foto profil mereka dicuri dan digunakan untuk membuat akun palsu. Biasanya, pembuatan akun palsu itu bertujuan mempermalukan mereka atau keluarga mereka.
Facebook secara global pun memberikan fitur untuk mengelola akun. Fitur tersebut antara lain berguna untuk mengabaikan pesan yang tidak diinginkan dan memblokir akun lain tanpa sepengetahuan pemilik akun tersebut.