Untuk soal belanja, sebagian dari kita mungkin berpikir bakal terbebas dari penularan virus korona jika melakukan belanja online. Namun, pernahkah kamu berpikir, apakah mungkin pembungkus paket bisa terkontaminasi COVID-19?
Dilansir dari Business Insider, risiko tertular virus korona dari pembungkus paket sangat rendah. Walau virus dipercaya dapat hidup di permukaan selama beberapa jam. Menurut penelitian, virus lebih mudah tertular lewat batuk atau bersin.
Elizabeth McGraw, direktur Center for Infectious Disease Disamics di Pennsylvania State University mengatakan risikonya sangat kecil untuk virus korona dapat bertahan hidup di pembungkus paket.
"Jika memiliki transmisi melalui paket, kita akan melihat penyebaran global langsung dari China semenjak awal wabah," kata McGraw.
"Kami tidak melihat itu dan karena saya pikir risikonya sangat rendah," lanjutnya.
Selain itu, kondisi pengiriman juga membuat virus kesulitan untuk bertahan hidup.
"Kami tahu bahwa virus cenderung hanya hidup beberapa jam hingga beberapa hari di bawah kondisi seperti yang kami paparkan, termasuk perubahan suhu dan kelembaban," ujar McGraw.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengatakan bahwa kemungkinan risiko penyebaran sangat rendah.
"Kemungkinan orang yang terinfeksi mengkontaminasi dengan barang kiriman sangat rendah dan risiko tertular virus yang ada di paket telah hilang karena barang telah dipindahkan dan terpapar pada kondisi yang berbeda dan suhu rendah," ujarnya.
Wabah virus korona di China menyebabkan toko online mengalami lonjakan pesanan dari konsumen. Sebuah studi baru dari National Institutes of Health menyatakan bahwa virus bisa tinggal dipermukaan selama tiga hari pada plastik dan baja. Sementara untuk di kertas karton, virus bertahan selama 24 jam.
Laporan Woodward menyatakan bahwa virus korona lebih suka hidup di tempat kelembaban tinggi, suhu sedang, permukaan padat (logam atau kaca) dan tidak berpori (uang kertas atau kardus).