Sementara banyak pasien mengalami gejala batuk kering, saki tenggorokan, dan demam tinggi, banyak orang lain melaporkan gejala yang sangat berbeda atau tidak merasa ada gejala sama sekali. Suhu tubuh diatas 26 derajat masih menjadi acuan seseorang terinfeksi virus korona.
Karena gejala tersebut, banyak negara yang gencar memeriksa suhu tubuh warga di tempat umum seperti pasar swalayan, kantor, dan lainnya. Selain itum pengecekan suhu tubuh juga dilakukan di tempat masuk suatu negara seperti bandara, pelabuhan atau stasiun kereta api.
Padahal, ada satu gejala lain yang dilaporkan hampir setengah dari pasien COVID-19, yakni masalah pencernaan.
Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam American Journal of Gastroenterology menganalisis data dari 204 pasien dengan COVID-19 di provinsi Hubei China. Peneliti menemukan hampir 50 persen dari mereka mengalami diare, muntah atau sakit perut.
Seorang warga London, Inggris, Isla Haslam baru-baru ini positif terinfeksi virus korona baru. Ia mengaku mengalami sakit perut yang hebat sebagai gejala awal.
Wanita berusia 29 tahun itu mengatakan suatu hari dia terbangun tengah malam karena sakit perut. Beberapa jam kemudian, ia mulai menderita gejala virus yang lebih khas termasuk sakit tenggorokan dan lesu.
"Saya bangun tengah malam, saya perhatikan hidung saya tersumbat dan saya merasa mengerikan. Tubuh saya sangat sakit, saya merasa sangat berat dan berkeringat karena demam," ujarnya seperti dikutip dari The Sun, Jumat (11/4/2020).
Sakit perut memang bisa jadi gejala berbagai macam penyakit. Seseorang yang mengalaminya pun bakal tak menduga mereka terinfeksi korona.
"Kegagalan untuk mengenali pasien-pasien ini sejak dini dan seringkali dapat menyebabkan penyebaran penyakit tanpa disadari," ujar Isla.
Gejala lain yang jarang diketahui orang adalah anosmia (kehilangan indra penciuman dan perasa seketika), sakit infeksi mata, dan 'kabut otak' atau disfungsi kognitif. Beberapa penderita juga melaporkan mengalami perasaan aneh yang menjalar di sekujur tubuh.