Kedua alat tes diperkenalkan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil di Pusat Riset Bioteknologi Molekular dan Bioinformatikan Unpad, Kota Bandung, Kamis (14/5/2020).
Emil, sapaan Ridwan Kamil, bilang Rapid Test 2.0 memiliki akurasi yang lebih tinggi dibanding alat rapid test asal luar negeri karena diambil lewat metode swab. "Ini karena Rapid Test 2.0 tidak menguji sampel darah, tetapi swab," kata Emil.
Ketua Tim Riset Diagnostik COVID-19 Unpad, Muhammad Yusuf, menuturkan, Rapid Test 2.0 merupakan alat rapid test yang dikembangkan untuk mendeteksi keberadaan virus (antigen) dalam tubuh. Keunggulan produk ini lebih murah, akurat, mudah digunakan, cepat, dan bisa didistribusikan ke pelosok daerah.
Seperti Rapid Test 2.0, Surface Plasmon Resonance (SPR) juga merupakan alat tes berbasis antigen.
Sebagian besar komponen produk ini dikembangkan di dalam negeri, sehingga mengurangi ketergantungan impor dan ketersediaan bahan baku.
"Unpad bermitra dengan PT Tekad Mandiri Citra yang berkomitmen memproduksi antibodi sebagai salah satu komponen utamanya. Juga PT Pakar Biomedika Indonesia yang telah memiliki kapasitas, pengalaman dan izin produksi rapid test di dalam negeri," kata Yusuf.
"Kalau PCR yang dicari adalah kode genetik yang spesifik kemudian gen spesifik itu diperbanyak dan akan ketahuan ada tidaknya virus disitu, jadi yang dideteksi itu adalah gen-nya yang merepresentasikan adanya virus. Tetapi kalau SPR yang dideteksi adalah partikel virusnya," imbuhnya.