Menikahi Sepupu Pernah Jadi Pencarian Google Terbanyak, Apa Risikonya?

| 26 May 2020 18:25
Menikahi Sepupu Pernah Jadi Pencarian Google Terbanyak, Apa Risikonya?
Ilustrasi penikahan dengan saudara (Unpslash/Nguy?n Tân)
Jakarta, era.id - Pencarian keyword 'menikah dengan sepupu' di mesin pencarian Google mengalami peningkatan pada Lebaran 2019 lalu. Hal itu memicu warganet untuk mencari tahu berbagai hal tentang pernikahan dengan saudara tersebut. Baik dari segi hukum, sosial, budaya, hingga, risiko kesehatan.

Adalah pengguna Twitter Ilmu Mayuni Bumi yang membeberkan tren pencarian menikah dengan sepupu saat Idulfitri mengalami peningkatan sejak lima tahun terakhir. 

"Hayo ngaku siapa yang google search: 'menikah dengan sepupu"]'...selama libur lebaran ini?! Related queries dari pencarian term ini adalah 'hukum menikah dengan sepupu'. Pelaku terbanyak yang googling term ini mereka-mereka yang silaturahmi ke Yogyakarta nih," tulis akun @ilmibumi pada 9 Juni 2019 lalu.

 

Membahas tentang topik menikah dengan sepupu, berdasarkan Undang-Undang Perkawinan terdapat aturan yang melarang terjadinya pernikahan tersebut.

Larangan pernikahan sedarah tercantum pada UU perkawinan Pasal 8 Nomor 1 Tahun 1974. Aturan tersebut menyatakan pernikahan yang dilarang adalah untuk pasangan yang berhubungan darah dalam garis keturunan lurus, saudara, sepupu, mertua, menantu, hingga saudara persusuan.

Sementara dari segi kesehatan juga terdapat risiko bagi pelaku dan keturunannya. Dikutip dari Hallodoc pada Selasa (26/5/2020), berikut dampak negatif serta risiko pernikahan sedarah dalam segi kesehatan:

1. Adanya Kesamaan Genetik

Kerabat tingkat pertama, termasuk keluarga inti punya kesamaan genetik hingga 50 persen. Kondisi ini harus diwaspadai, sebab tak semua unsur genetik memiliki sifat baik. Contohnya, terdapat gen pembawa penyakit dari sesama saudara yang bertemu sehingga mengundang suatu penyakit. Maka dari itu, anak hasil pernikahan sedarah berisiko tinggi mengalami penyakit keturunan dan kelainan genetik, seperti albinisme, fibrosis kistik, dan hemofilia.

2. Berisiko Tinggi Mengalami Cacat Lahir

Setidaknya 40 persen anak hasil hubungan sedarah (keluarga inti) risiko tinggi mengalami kelainan bersifat autosomal resesif, malformasi fisik bawaan, atau defisit intelektual yang parah.

Kondisi cacat lahir yang rentan dialami anak hasil pernikahan sedarah, seperti tumbuhnya jari tambahan pada tangan dan kaki (polidaktili), jari tangan menyatu, hidrosefalus, asimetri wajah, bibir sumbing, dwarfisme, gangguan jantung, serta berat bayi lahir rendah (BBLR). Efek lainnya dari pernikahan sedarah yaitu meningkatkan ketidaksuburan pada orang tua dan keturunannya.

3. Sistem Imun Lemah

Saudara kandung punya kesamaan genetik hingga 50 persen. Selain meningkatkan risiko penyakit bawaan, ini dapat berpengaruh dengan kualitas sistem imun keturunannya. Nantinya, keturunannya terdapat susunan DNA yang hampir sama, dan memberikan kualitas sistem imun yang sama dengan induknya. Akibatnya, anak yang terlahir dari pernikahan sedarah rentan sakit karena daya tahan tubuh lemah.

4. Risiko Kematian

Risiko kematian anak yang dilahirkan dari pernikahan sedarah cenderung tinggi. Penyebabnya adalah kurangnya variasi genetik dan sistem imun yang lemah. Kasus yang sering terjadi adalah kematian saat bayi dilahirkan. Bahkan selain kematian bayi, sang ibu berisiko sama, terutama melahirkan di usia lebih dari 40 tahun.
Rekomendasi