Jangan Takut Imunisasi Anak di Tengah Pandemi

| 08 Jun 2020 15:11
Jangan Takut Imunisasi Anak di Tengah Pandemi
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes Vensya Sitohang (Dok. BNPB)
Jakarta, era.id - Pandemi COVID-19 rupanya punya efek domino terhadap pelayanan kesehatan di luar penanganan virus korona, salah satunya layanan imunisasi. Padahal imunisasi pada anak sangat penting dan tak boleh terputus.

Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Vensya Sitohang mengatakan, berdasarkan hasil survei mereka, dibandingkan dengan imunisasi di bulan April 2019 lalu, tahun ini angka anak yang mendapatkan imunisasi menurun hingga 4,7 persen.

"Pada bulan April 2020 cukup signifikan penurunan selisih cakupan imuniasi lengkapnya. Jadi ini sangat serius," kata Vensyah dalam acara talkshow 'Pentingnya Imunisasi Anak di Masa Pandemi COVID-19' yang ditayangkan di akun YouTube BNPB, Senin (8/6/2020).

Meski demikian, ia memahami kekhawatiran para orang tua saat membawa anaknya ke fasilitas kesehatan untuk imunisasi. 

Tapi, orang tua tak perlu khawatir karena Kemenkes sudah mengeluarkan kebijakan lewat surat edaran kepada pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan fasilitas kesehatan yang menyatakan pemberian imunisasi tidak boleh ditunda pelaksanaannya.

Dia juga mengatakan, orang tua tak perlu khawatir, karena pelayanan pemberian imunisasi ini berjalan dengan protokol kesehatan seperti menggunakan alat pelindung diri dan jaga jarak. Selain itu, dalam surat edaran tersebut juga meminta agar fasilitas kesehatan seperti Puskesmas memisahkan antara pasien yang sehat dan yang sakit.

"Pelayanan imunisasi ini harus tetap berjalan dengan protokol kesehatan yang ditetapkan," katanya.

Sementara itu, Ketua Bidang Humas dan Kesejahteraan Anggota Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia Hartono Gunardi bilang, keterlambatan imunisasi pada anak akibat COVID-19 justru memicu risiko memunculkan wabah baru di tengah masyarakat. Misalnya, wabah penyakit campak.

"Ini akan sangat berisiko menyebabkan double outbreak," kata Hartono.

Dia lantas menjabarkan, jika satu orang terpapar campak bisa menularkannya kepada 18 orang lain. Sehingga, hal ini sangat berpotensi menimbulkan wabah lain di tengah pandemi virus korona, sehingga perlu dilaksanakan imunisasi secara lengkap pada anak.

Selain campak, ada penyakit lain yang bisa saja muncul karena orang tua tidak mengimunisasi anak mereka, seperti difteri. Menurutnya, penyakit ini cukup berbahaya bila menjangkiti anak-anak.

Hartono mengatakan, difteri memang ada antiserumnya. Namun, antiserum tersebut tidak diproduksi di Indonesia dan harus diimpor jika ada kasus difteri terjadi. Namun, untuk mendapatkannya juga tidak mudah. Mengingat, sebagian besar pabrik pembuat serum ini sudah tutup karena usaha mereka tidak laku.

"Jadi jangan sampai anak-anak kita tertular difteri atau campak. Jangan sampai terjadi double outbreak. Bawa ke posyandu, bawa ke puskesmas untuk melengkapi imunisasinya," ungkap Hartono.

Kalaupun terjadi keterlambatan imunisasi akibat adanya aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), Hartono menyebut orang tua bisa melengkapi imunisasi yang tertinggal dengan imunisasi yang harus diterima saat ini.

"Misalnya, anaknya umur sembilan bulan nih sekarang. Kemarin belum dapat imunisasi difteri ketiga. Jadi bisa sekalian, sembilan bulan bisa dapat imunasi campak atau MR dan imunisasi difteri tadi. Jadi suntik kanan dan kiri," jelasnya.

Karenanya, Hartono mengingatkan kembali pentingnya imunisasi secara lengkap pada anak untuk mencegah penyakit menular lainnya.

 

Tags : kesehatan
Rekomendasi