Kisah Bondan Winarno, Gagal Operasi hingga Diobati Adik Kapolri

| 29 Nov 2017 16:11
Kisah Bondan Winarno, Gagal Operasi hingga Diobati Adik Kapolri
Bondan Winarno. (twitter @PakBondan)
Jakarta, era.id - Presenter acara kuliner, Bondan Winarno, meninggal dunia pada usia 67 tahun. Pria yang terkenal di dunia kuliner Indonesia itu sempat memberikan cerita terakhir hidupnya sebelum tutup usia di RS Harapan Kita, Jakarta, Rabu (29/11/2017).

Melalui akun Facebook komunitas wisata boga yang diketuainya, Jalan Sutra, Bondan menceritakan runutan kondisi kesehatannya sejak 12 tahun lalu. 

Unggahan Bondan itu menyebutkan dia pertama kali merasakan ada yang aneh dalam tubuhnya saat berada di pesawat terbang tujuan Singapura menuju Jakarta pada 2005. Saat itu, pria asal Surabaya tersebut merasakan ujung-ujung jari tangan kanannya kebas. 

Berharap mendapat penanganan cepat, Bondan meminta saran melalui sambungan telepon kepada dr Sindhiarta Mulya ketika tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Dokter tersebut meminta Bondan segera datang ke rumah sakit yang berada di dekat rumahnya.

Saat menjalani pemeriksaan MRI di RS Premier Bintaro, Tangerang, Bondan yang mengalami penyumbatan arteri jantung disarankan dokter untuk segera menjalani kateterisasi.

Namun, di rumah sakit yang sama, dokter kelainan saraf (neurolog) menyatakan Bondan tidak mengalami sakit jantung.  

Untuk memastikan penyakitnya, pemeriksaan kedua dilakukan di RS Pondok Indah, Jakarta Selatan. Dokter neurolog di rumah sakit itu menyimpulkan hal yang sama dengan neurolog di RS Premier Bintaro.

Pria yang dikenal karena jargon "maknyus" itu kemudian memilih meminum pil pengencer darah (Plavix) untuk mengobati penyakitnya. Namun, efek dari Plavix membuat darahnya terlalu encer sehingga tekanan darah menjadi sangat rendah.

"Setahun setelah minum Plavix terus-menerus, saya nyaris pingsan di rumah Yohan Handoyo setelah minum wines (anggur merah) dan makan steak masakan Adi Taroe. Untung rumah Yohan di Bogor itu dekat dgn RS Azra," tulis Bondan dalam akun Facebook Jalan Sutra. 

Penyakit yang diidap membuat Bondan berinisiatif melakukan perawatan medis di RS HSC Medical Center, Kuala Lumpur, Malaysia pada April 2015 lalu.

Dokter RS HSC mengatakan Bondan mengalami dilatasi (pembengkakan) awal pada aorta. Karena tidak tersedianya ahli medis untuk penyakitnya, RS HSC merekomendasikan dokter di Jepang untuk melakukan pembedahan aorta dengan biaya mencapai Rp700 juta.  

Setahun kemudian Bondan memutuskan untuk melakukan operasi terkait penyakitnya. Niatnya itu urung dilakukan akibat dokter yang menangani operasinya mengalami sakit dan terpaksa dioperasi. Kondisi itu juga dialami Bondan pada April 2017. 

Dari peristiwa yang dialaminya itu, Bondan mengambil jalan lain untuk menyembuhkan kondisi kesehatannya. Dia memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan memilih ahli vaskuler sekaligus adik Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dr Iwan Dakota.

"Dr Iwan, setelah memeriksa hasil medical record terakhir di HSC KL, hanya dengan stetoskop, Dr Iwan menemukan masalah lain: katup aorta saya bocor. Saya diminta untuk segera ke PJN (Pusat Jantung Nasional) Harapan Kita keesokan harinya untuk pemeriksaan echo. Dalam pemeriksaan echo di Harkit, 65 persen confirmed bahwa katup aorta saya bocor. Saya kemudian menjalani TEE (endoscopy) untuk mendapatkan 90 persen konfirmasi. Demikianlah, dalam waktu singkat tim dokter Harkit menemukan kelainan lain yang perlu segera ditangani," terang Bondan.

Bondan selanjutnya menjalani tiga operasi yang diakuinya rumit. Dokter bedah yang direkomendasikan dr Irwan, dr Dicky Alighiery Hartono melakukan pembedahan selama 5-6 jam. 

Bondan mengungkapkan takut saat menjalani operasi terakhir untuk penggantian katup aorta yang mengalami dilaktasi. Bayang-bayang pendarahan dan kejang-kejang usai operasi dirasakannya jelang pembedahan.

Dia pun mengaku sempat mengalami aritmia hingga harus dioperasi kembali. Namun, doanya disambut Tuhan, Bondan siuman sebelum operasi aritmia. 

"Dalam operasi besat seperti yang saya alami, ada 2 hantu komplikasi: 1. perdarahan, 2. aritmia (denyut jantung tidak beraturan). Saya terbebas dari perdarahan. Tapi, Sabtu dini hari saya kejang-kejang dalam tidur saya. Ternyata saya mengalami komplikasi aritmia," katanya.

"Ketika perawat sedang mempersiapkan saya untuk didorong ke kamar operasi, tiba-tiba denyut nadi saya berirama kembali. Operasi dibatalkan. Saya lega setengah mati," lanjutnya.

Bondan kemudian mendapat perawatan khusus di Intermediary Ward di RS Harapan Kita, Jakarta. Dalam masa penyembuhannya dia sempat mempersiapkan ruang di lobby Wisma Fits dalam komplek RS Harapan Kita untuk rekan-rekannya yang ingin menjenguk saat dia telah dipindahkan ke ruang perawatan normal.

Namun, rencana presenter kuliner ini urung terjadi. Setelah dua pekan menjalani perawatan, Bondan Winarno meninggal dunia sekitar pukul 09.00 di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, Rabu (29/11/2017). Selamat jalan Pak Bondan.

Tags :
Rekomendasi