Sebelum Piala Dunia Rusia bergulir, Messi diharapkan menjadi salah satu superstar yang menonjol di ajang sepak bola akbar empat tahunan ini. Tapi apa yang terjadi? Dua pertandingan dilalui, penampilan Messi super mengecewakan.
Tapi, permainan buruk Argentina yang ditahan imbang Islandia 1-1 dan dibantai Kroasia 3-0 tidak sepenuhnya salah Messi. Pelatih Jorge Sampaoli yang tidak memiliki formasi baku untuk Tim Tango jelas sekali menjadi salah satu penyebabnya. Pasalnya, Messi selalu kesulitan beradaptasi dengan 'rekan-rekan barunya'.
Di lini belakang, saat melawan Islandia, Sampaoli memasang empat pemain; Nicolas Tagliafico, Marcos Rojo, Nicolas Otamendi, dan Eduardo Salvio. Sementara di laga kontra Kroasia, mantan pelatih Chili memasang tiga pemain: Tagliafico, Otamendi, dan Gabriel Mercado. Formasi berbeda, pemain pun berbeda.
Di lini tengah, Enzo Perez memang sering bermain selama babak kualifikasi Piala Dunia termasuk di laga penentuan kontra Ekuador pada Oktober tahun lalu. Tapi kemudian Sampaoli mencoret namanya dan lebih memilih Manuel Lanzini untuk dibawa ke Rusia.
Belum juga Piala Dunia dimulai, Lanzini cedera dan Perez kembali dipanggil. Bagaimana bisa pemain yang sudah tidak menjadi pilihan utama dan bahkan tidak dimainkan sedetik pun di laga pembuka melawan Islandia diturunkan sejak menit awal dalam laga penting kontra Kroasia? Ini benar-benar konyol!
Di lini depan, Sampaoli sudah memutuskan enggan menggunakan jasa penyerang Inter Milan, Mauro Icardi karena alasan yang tidak jelas. Tapi, para penyerang pilihannya pun tidak dioptimalkan dengan baik. Angel Di Maria (juara Ligue 1 bersama Paris Saint-Germain) yang bermain lawan Islandia, tidak dimainkan di laga kontra Kroasia. Gonzalo Higuain dan Paulo Dybala (juara Serie A bersama Juventus) hanya menjadi pemain pengganti. Anehnya, di laga kontra Kroasia, Higuain malah menggantikan Sergio Aguero (juara Liga Premier bersama Manchester City). Mengapa tidak dimainkan bersama-sama?
Messi seakan tidak mengenal rekan-rekannya dengan baik. Seperti kata kapten Kroasia, Luka Modric setelah Kroasia mengalahkan Argentina, Messi adalah pemain hebat tapi dia tidak bisa bekerja sendiri. Argentina harus membantunya. Artinya, para pemain Argentina selain Messi tidak memiliki kualitas yang baik sehingga tak mampu bermain sebagai sebuah tim.
Baca Juga : Mengukur Rasio Keberhasilan Penalti Messi
Coba lihat di Barcelona. Messi kerap dikelilingi pemain yang sama selama bertahun-tahun. Poros Andres Iniesta, Xavi Hernandez, dan Sergio Busquets di era Pep Guardiola atau Andres Iniesta, Ivan Rakitic dan Sergio Busquets di masa kepemimpinan Luis Enrique plus beberapa pergantian seperti Cesc Fabregas dan Seydou Keita membuat Messi begitu nyaman. Hasilnya, puluhan gelar hadir di lemari trofi La Blaugrana.
Selain kualitas para pemain Argentina--khususnya di lini tengah--tidak setara dengan kualitas para gelandang Barcelona. Masalah lainnya adalah beban Messi terlalu berat mengingat seluruh rakyat Argentina berharap dia mampu membawa kembali trofil Piala Dunia ke negaranya setelah kali terakhir dilakukan Diego Armando Maradona pada 1986. Satu lagi, Messi terus dibanding-bandingkan dengan bintang Portugal Cristiano Ronaldo sehingga membuat pikirannya buyar. Badannya berada di atas lapangan tapi pikirannya di tempat lain. Messi tidak pernah bermain lepas.