Kapolrestabes Semarang soal Anggotanya Minta Video Testimoni Jokowi, Sebut Alasan Cooling System

| 07 Feb 2024 15:45
Kapolrestabes Semarang soal Anggotanya Minta Video Testimoni Jokowi, Sebut Alasan Cooling System
Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar (Dok. Polda Jateng)

ERA.id - Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar angkat bicara perihal anggotanya meminta video testimoni Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Rektor Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Ferdinandus Hindarto.

Irwan menjelaskan pihaknya punya kewajiban untuk mewujudkan situasi yang aman dan kondusif dalam pelaksanaan Pemilu 2024. Salah satu langkah yang dilakukan dengan melakukan program cooling system lewat pernyataan sejumlah tokoh.

"Cooling system ini kegiatannya antara lain mengajak tokoh-tokoh masyarakat, tokoh, pemuka, tokoh agama, kemudian termasuk dari civitas academica untuk memberikan dukungan terhadap terlaksananya pemilu damai yang akan kita hadapi bersama tahun ini," kata Irwan Anwar kepada wartawan dikutip Rabu (7/2/2024).

Irwan membantah ada permintaan mengapresiasi pemerintahan Jokowi ke tokoh-tokoh yang diminta membuat video. Dia lalu menegaskan tidak ada paksaan terhadap tokoh-tokoh yang diminta membuat video tersebut.

Kapolrestabes Semarang ini mengakui sejumlah orang menolak untuk membuat video. Namun dia mengklaim, banyak juga yang mengiyakan membuat video berisi Pemilu 2024.

Sebelumnya, calon wakil presiden (cawapres) Mahfud MD mendapat laporan dari sejumlah rektor perguruan tinggi yang diminta untuk membuat pernyataan sikap mengenai pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.

"Ini laporan kepada saya dari beberapa rektor. Disuruh membuat pernyataan menyatakan bahwa Pak Jokowi itu orangnya negarawan, baik. Yang kedua, Pak Jokowi berhasil mengatasi krisis. Ketiga, pemilu berjalan baik, dan sebagainya," ujar Mahfud usai menghadiri acara Tabrak, Prof!, di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (5/2).

Mahfud menjelaskan ada beberapa rektor yang diminta membuat sikap seperti itu. Kemudian, kata dia, para rektor tersebut ada yang membuat pernyataan dengan format yang sama, dan ada juga yang menolak.

"Lalu ada yang tidak mau begitu, seperti Rektor Universitas Soegijapranata, Unika, di Semarang itu memberi tahu kepada kami. 'Kami disuruh membuat seperti ini. Ini teman kami sudah membuat pernyataan seperti ini, ada pernyataan rektor yang sama isinya, kayak template, tetapi ada yang samar-samar,' dan sebagainya," ujar Mahfud.

Menurutnya, tindakan untuk mengajak sejumlah rektor menyatakan sikap seperti itu adalah perbuatan yang kurang sehat.

Rekomendasi