ERA.id - Ketua DPP Front Pemuda Muslim Maluku, Umar Kei memenuhi panggilan polisi untuk diperiksa terkait dugaan penganiayaan yang terjadi di Menara Kadin, Jakarta Selatan (Jaksel).
Umar bersama koleganya tiba di Polda Metro Jaya sekira pukul 14.02 WIB. Dia menyatakan siap dimintai keterangan terkait laporan Staf Khusus (Stafsus) Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Ketum Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid, Arif Rahman.
"Saya hadir hari ini atas dasar surat undangan klarifikasi dari teman-teman Polda, khususnya Resmob Tim Unit 4, saya belum tahu apa yang harus saya ditanya tentang surat undangan klarifikasi," kata Umar yang menjabat sebagai Ketua DPP Front Pemuda Muslim Maluku di Polda Metro Jaya, Kamis (26/9/2024).
Umar pun membantah jika dirinya menganiaya Arif Rahman. Dia mengaku membawa sejumlah bukti untuk diberikan ke penyidik untuk menepis tuduhan itu.
"Tidak pernah tangan saya jatuh, kalau tangan saya jatuh, pasti berlumuran darah bahkan mati, tapi saya tidak pernah merasa," ucapnya.
Ketua DPP Front Pemuda Muslim Maluku ini menjelaskan datang ke Kantor Kadin untuk bertemu adik ipar Anindya Bakrie, Taufan Eko Nugroho. Umar datang untuk menengahi masalah sekuriti Menara Kadin yang khawatir kontraknya bakal diputus sebelum 2025.
Terkait masalah itu akhirnya bisa diselesaikan dengan damai. Dia pun menegaskan kedatangannya tak terkait masalah dualisme kepengurusan di Kadin.
"Jadi jangan melebar ke mana-mana deh," katanya.
Sebelumnya, Arif Rahman melaporkan dugaan tindak pidana pengeroyokan yang dialaminya di Menara Kadin, Senin (16/9). Terlapor dalam laporan ini ialah Umar Key, Taufan Eko Nugroho, dan lain-lain. Mereka dilaporkan atas dugaan pelanggaran Pasal 170 KUHP.
Arif menjelaskan kejadian berawal ketika dirinya ditugaskan oleh Arsjad Rasjid untuk datang mengecek kantor di lantai 3 Menara Kadin. Sebagai Stafsus Ketum Kadin, dia ingin menempati kantor itu dan bekerja sebagaimana mestinya.
Sesampainya di sana, ternyata berkumpul banyak orang yang diperkirakan berasal dari kubu musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) yang memilih Anindya Bakrie sebagai Ketum Kadin yang baru. Di sana, Arif melihat ada Umar Key.
"Akhirnya saya telepon saudara Taufan yang dari pihak Anin, memang beliau ada di lantai 29. Akhirnya turun dengan saya. Akhirnya kita bergeser dari aula yang tempat kami berkumpul 50 orang itu ke tempat rapat meeting. Jadi, di situ kita bicara, kita menyampaikan dan Pak Umar Key juga terlibat di situ," kata Arif kepada wartawan dikutip Kamis (19/9).
Mereka lalu berdiskusi dan Arif menyampaikan jika kantor Kadin milik kubu Arsjad Rasjid. Sebab, Arsjad masih menjadi Ketum hingga 2026 dan kantor Kadin disewa olehnya. Stafsus Arsjad ini lalu menyampaikan dirinya memperlihatkan bukti kontrak sewa dengan pengelola gedung dan Keppres pengangkatan Ketum Kadin ke kubu Anindya Bakrie.
Arif lalu meminta orang-orang yang bukan anggota Kadin untuk keluar dari kantor Kadin. Namun rupanya, hal ini memicu kemarahan dari kubu Munaslub Kadin. "Beliau (Umar Key) marah, berdiri mengambil minuman kaleng langsung menimpuk ke arah mata saya dan saya kena di pelipis," ungkapnya.
Stafsus Arsjad ini mencoba melawan namun anak buah Umar malah memukulinya dan rekannya. Dia lalu meminta pertolongan ke anggota Kadin versi Arsjad. Tak lama setelah itu, mereka datang, namun terjadi bentrok.