ERA.id - PT MRT Jakarta (Perseroda) mencatat jumlah rata-rata penumpang mencapai 27.901 orang per hari pada 2020. Jumlah itu jauh di bawah pencapaiannya tahun lalu, yang sempat menyentuh angka 91.000 penumpang per hari.
"Jumlah penumpang kami sepanjang tahun 2020 tercatat 9.570.059 penumpang atau rata-ratanya itu 27.901 per hari. Angka itu masih terus berkembang sampai 31 Desember," ujar Direktur Utama MRT Jakarta, William Sabandar dalam Forum Diskusi Virtual di Jakarta, Kamis (10/12/2020).
Turunnya jumlah penumpang harian MRT Jakarta itu paling banyak dipengaruhi oleh pandemi COVID-19 yang mulai merebak pada Maret 2020.
"Jadi kalau kita lihat sepanjang tahun perjalanannya di Januari dan Februari cukup menggembirakan, karena target awal kita 100 ribu penumpang per hari. Namun karena pandemi COVID-19 di awal Maret 2020, sehingga penumpang menurun secara drastis," ujar William.
Pada Januari dan Februari 2020, MRT Jakarta secara rata-rata mendapatkan penumpang di atas 80.000 penumpang per harinya. Jumlah tersebut menurun sebanyak dua kali lipat di Maret 2020 dan terus turun hingga Mei 2020 mencapai jumlah rata-rata penumpang harian terendah di angka 1.405 penumpang per hari akibat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Memasuki Juni 2020 di masa PSBB Transisi, jumlah penumpang harian kembali membaik menembus angka 11.351 penumpang per hari. Angka harian penumpang kembali naik di bulan Juli 2020 dengan 18.050 penumpang per hari, namun pada bulan-bulan berikutnya kembali mengalami penurunan atas adanya PSBB ketat dengan jumlah penumpang tercatat mencapai 11.105 per hari di Oktober 2020.
November 2020 angka penumpang harian kembali meningkat dengan jumlah 16.670 penumpang karena PSBB kembali dilonggarkan. Peningkatan itu pun tercatat kembali di pekan pertama Desember 2020 dengan jumlah penumpang harian 17.381 penumpang per harinya.
Meski demikian, William mengatakan MRT Jakarta optimis tetap dapat menjalankan bisnis, karena saat ini terus melakukan inovasi untuk mencari pemasukan lewat bisnis nontiket.
Di bisnis nontiket berupa layanan pemasaran digital di sepanjang pilar koridor MRT Jakarta tidak terlalu terpengaruh, sehingga masih menghasilkan keuntungan bagi perusahaan sebesar Rp370 miliar.
"Jadi pendapatan non farebox (nontiket) masih bisa kita pertahankan, kita belum tahu angka maksimalnya berapa. Tapi mungkin ada di sekitar Rp370 per tahun. Ini lebih baik dari tahun lalu, jadi kita dibantu oleh pendapatan kita dari non farebox," kata William.