Aksi Staf Kelurahan Palsukan Sertifikat Vaksinasi, Bisa Input Data ke Aplikasi PeduliLindungi, Dijual Rp320 Ribu

| 05 Sep 2021 19:47
Aksi Staf Kelurahan Palsukan Sertifikat Vaksinasi, Bisa Input Data ke Aplikasi PeduliLindungi, Dijual Rp320 Ribu
Rilis Kasus (PMJ)

ERA.id - Polda Metro Jaya menangkap dua orang pemalsu dan penjual sertifikat vaksinasi COVID-19 palsu. Tak tanggung-tanggung, sertifikat tersebut bahkan terkoneksi langsung dengan aplikasi PeduliLindungi.

Pelaku berinisial HH (30) dan FH (23) memiliki akses data kependudukan sehingga bisa menginput data vaksinasi COVID-19 ke aplikasi PeduliLindungi.

"Modus operandinya, terduga pelaku memiliki akses ke data kependudukan. Pelaku memiliki akses ke P-Care, lalu kemudian bekerja sama dengan rekannya untuk menjualnya kepada publik," kata Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Fadil Imran dikutip dari Antara, Jumat (3/9/2021).

Fadil mengungkapkan, kasus penjualan sertifikat palsu vaksinasi ini terkuak setelah petugas menemukan akun media sosial facebook atas nama Tri Putra Heru. Dia menawarkan jasa pembuatan sertifikat vaksinasi tanpa suntik vaksin, tapi terintegrasi dengan aplikasi peduliLindungi.

"Saat dilakukan komunikasi ke akun facebook tersebut, diketahui akun itu menjual sertifikat vaksin tanpa dilakukan vaksinasi dan bisa terkoneksi dengan akun pedulilindungi,id dengan harga satu sertifikat vaksin Rp320.000," kata Fadil.

Polisi kemudian menangkap FH dan dilakukan pemeriksaan intensif yang keterangannya mengarah kepada sesorang berinisial HH.

HH kemudian diketahui sebagai pelaku utama dalam kasus tersebut. HH memanfaatkan posisinya sebagai staf tata usaha Kelurahan Muara Karang, Jakarta Utara, untuk menginput data vaksinasi palsu ke dalam sistem yang terintegrasi dengan aplikasi tersebut.

"Pelaku HH membuat sertifikat vaksin pada sistem P-Care BPJS yang terkoneksi dengan aplikasi pedulilindungi tanpa melalui prosedur yang ditentukan," ujarnya.

Fadli menjelaskan, pada prosedur normal seseorang mendapatkan sertifikasi setelah divaksin, kemudian datanya diinput secara manual oleh petugas. Warga yang telah disuntuk vaksin dapat sertifikat setelah mengunduh aplikasi.

"Petugas kelurahan itu, karena dia miliki akses dan mengetahui username dan password P-Care maka dia bisa menjual sertifikat vaksin tersebut," katanya.

Polisi kemudian menangkap HH dan dari keterangan HH diketahui bahwa dia telah menjual sebanyak 93 sertifikat palsu vaksin COVID-19 yang datanya terintegrasi pada aplikasi PeduliLindungi.

Akibat perbuatan pembuatan dan penjualan sertifikat bodong vaksinasi COVID-19 tersebut, HH dan FH, dijerat dengan Pasal 30 dan 32 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), yakni dengan sengaja tanpa hak melawan hukum dengan cara apapun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, menghilangkan, menyembunyikan informasi elektronik dan/atau dokumen milik orang lain atau milik publik.

Para pelaku ini terancam hukuman penjara paling lama enam tahun dan denda maksimal Rp600 juta.

Rekomendasi