ERA.id - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang untuk melakukan pembangunan secara merata. Terutama, terkait pembangunan sarana Fasilitas Sosial dan Umum (Fasos/Fasum).
Pasalnya, banyak perkampungan di Kota Tangerang yang kumuh dan tak mendapatkan fasilitas tersebut.
Seperti di Kampung Kebon Cau, Kelurahan Jatake, Kecamatan Jatiuwung. Keadaan di wilayah tersebut nampak kumuh dan padat penduduk serta minim pula sarana Fasos Fasum.
Anggota DPRD Kota Tangerang, Saiful Milah mengatakan hal ini menjadi catatannya. Terutama dalam menggodok Peraturan Daerah tentang Kota Ramah Anak.
"Melihat perkampungan kumuh begini kita harap pemerintah cobalah melihat dan di tata, khususnya ketika kita menyambut Perda tentang kota layak anak," ujarnya Rabu, (24/11/2021).
Dia mengatakan, dalam Perda tersebut salah satu penunjangnya yakni Kampung Layak Anak. Dimana, di kampung tersebut harus ada ruang untuk anak bersosialisasi seperti tempat bermain.
"Sekarang bersosialisasi dimana anak dengan keadaan kampung kumuh," katanya.
Hal berbeda kata dia terjadi di perumahan-perumahan dimana pengembangan memberikan tanah Fasos Fasum. Dimana ketika tanah tersebut telah dihibahkan maka Pemkot Tangerang tinggal membangun sarana.
"Ketimpangannya sangat jauh sekali antara fasilitas di perumahan dan perkampungan, ini kalo di perumahan ada Fasos Fasum dimana pengembangan punya kewajiban. Nah kalo di perkampungan negara yang punya kewajiban harusnya menyiapkan Fasos Fasum," tegasnya.
Kata dia, Kebon Cau hanya sebagian kecil saja. Menurutnya, banyak kampung-kampung di Kota Tangerang dengan keadaan serupa.
"Ini sebagai contoh, wilayah lain juga sama , coba lihat di pengasingan, Nagrak, Bayur, Sangiang, gembor, doyong , belum lagi di alam jaya, ledug, Gandasari," ungkap Saiful.
"Itu sama, semua perkampungan tidak mengacu dan standard kampung layak anak sangat jauh, ini baru di barat, belum di tengah dan timur (Kota Tangerang Bagian)," tambahnya.
Pantauan di lokasi RW 05 nampak tak terlihat satupun Fasos Fasum. Bahkan untuk bermain anak-anak disana memanfaatkan lahan milik pusat perbelanjaan yang sudah ditutup. Kemudian, mereka juga memanfaatkan lahan salah satu perumahan sebrang kampung Kebon Cau untuk bermain.
Keadaan rumah mereka saling berhimpitan dan hanya terdapat satu jalan utama dengan lebar sekira 3 meter. Lokasi ini dikelilingi dengan industri-industri. Seperti pabrik cat dan plastik.
"Ini jauh dari tata krama kota layak anak yang harus ini pemerintah kota Tangerang sudah dapat dua kali penghargaan itu. Jangan dilihat dan diukur dari taman gajah , taman kelinci saja, anak-anak di sini (Kampung Kebon Cau) enggak mungkin ke taman gajah," jelas Saiful.
Politisi dari Partai Golkar ini mengaku miris melihat kondisi perkampungan di Kota Tangerang ini. Apalagi, anak-anak yang tidak bisa menikmati fasilitas bermain di kampungnya sendiri.
"Di sini saja anak mau main saja harus nyebrang jalan raya yang padat dan penuh kendaraan dan ini yang menunjang kota Tangerang tidak pantas dapat penghargaan kota layak anak" tegasnya.
Karya RW 05 Kampung Kebon Cau, Suwandih mengatakan wilayahnya itu merupakan daerah paling padat penduduknya di Kelurahan Jatake. Kemudian, tak dilengkapi dengan fasilitas penunjang masyarakat.
"Yang paling serba kurang baik dari sarana olahraga memang di Kebon cau di RW 5 itu belum ada sama sekali. Di RW 5 masyarakat paling padat," katanya.
Saking padatnya, kata dia pernah ada kejadian kebakaran yang membuat masyarakat sulit menyelamatkan diri. Kendati peristiwa yang terjadi sekitar tiga bulan lalu itu tak menimbulkan korban jiwa.
"Masalah kebakaran karena ini hanya jalan alternatif satu arah dan terhalang tembok perusahaan kalau kebakaran harus keluar kemana kecuali ke jalan atlenatif itu harus jebol tembok perusahaan," ungkapnya.
Oleh sebab itu, dia berharap Pemkot Tangerang memperhatikan pembangunan fasilitas penunjang masyarakat di Kampungnya.
"Kami sangat berharap tolonglah, untuk realisasi sarana bermain untuk anak kami. Jadi kami berharap pemerintah segera realisasikan itu," pungkasnya.