Kronologi Tewasnya Mahasiswa UB yang Minum Racun di Pusara Ayah karena Diduga Patah Hati

| 04 Dec 2021 16:32
Kronologi Tewasnya Mahasiswa UB yang Minum Racun di Pusara Ayah karena Diduga Patah Hati
Ilustrasi depresi (Unsplash/@jacksondavid)

ERA.id - Kabar mengejutkan datang dari di Malang, Jawa Timur. Seorang mahasiswa perguruan tinggi negeri tewas di area makam Desa Japan, Kecamatan Sooko, Kamis, 2 Desember 2021. Ia diduga depresi karena ditinggal mati orang tuanya.

Korban berinisial NWR, 23, warga Japan, tewas di dekat makam ayahnya. Korban diduga bunuh diri dengan cara menenggak racun. Sebab, di dekat mayat korban terdapat botol berisi cairan yang diduga mengandung racun.

Hal ini diketahui dari sejumlah warga dan petugas kepolisian Polsek Sooko yang datang ke lokasi langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan membawa jenazah korban untuk dibawa pulang.

"Kami dapat laporan ada orang tewas di kuburan, akhirnya kami datang untuk penyelidikan. Indikasi korban depresi ditinggal mati orang tua laki-laki. Di dekat korban ditemukan minuman diduga racun. Ini masih kami selidiki," kata Kapolsek Sooko AKP Shohib kepada wartawan.

Tim identifikasi Polres Mojokerto yang datang ke rumah korban juga langsung melakukan olah TKP dan meminta keterangan sejumlah saksi mata. Berdasarkan hasil keterangan keluarga, korban nekat minum diduga racun karena depresi setelah seratus hari ditinggal mati ayahnya.

Usai proses identifikasi, korban langsung diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan. Sementara itu, keterangan lain dari penjaga makam Sugito mengatakan, sebelum ditemukan tewas, korban sempat mencoba bunuh diri dua kali, namun gagal.

Korban juga sempat menangis di dekat makam ayahnya. Namun, tak lama berselang korban sudah ditemukan tergeletak tak bernyawa.

"Dia sudah dua kali cari kesempatan bunuh diri, tapi gak jadi. Kerena ada orang. Setelah itu datang lagi jam tiga. Dia seperti minum teh pakai sedotan. Baunya menyengat. Kemungkinan racun. Tapi pas datang ke sini untuk bersih-bersih, dia sudah tergeletak," jelas Sugito.

Rekomendasi