ERA.id - Penyanyi Lady Gaga beberkan musuh terbesar dalam hidupnya yang selama ini mengganggu dirinya. Baginya alter-ego dirinya (sisi yang lainnya) sebagai salah satu parasit di kehidupannya.
Dalam sebuah wawancara bersama CBS Lee Cowan, penyanyi bernama asli Stefani Germanotta itu mulai berbagi tentang kebenciannya terhadap ketenaran. Bahkan hal ini menjadi salah satu alasan Gaga membuat album Chromatica.
“Saya benci menjadi terkenal. Saya benci menjadi bintang. Saya merasa lelah dan habis,” ungkap pelantun “Rain on Me” itu.
Album terbaru yang ia rilis pada 29 Mei lalu ini juga dipenuhi dengan lirik yang gelap. Hal ini menurut Gaga lantaran berasal dari pengalaman buruknya di masa lalu, terutama saat dia kesulitan mengambil sebuah keputusan yang tepat untuk menjadi penyanyi terkenal.
“Saya (tadinya) melihat piano (saya), dan berpikir, 'Kamu menghancurkan hidup saya.' Selama waktu itu, saya seperti, 'Kamu menjadikan saya Lady Gaga. Musuh terbesar saya adalah Lady Gaga.' Itulah yang saya pikirkan: Musuh terbesar saya adalah dia,” ungkap Lady Gaga dikutip Eonline, Selasa (22/9/2020).
Baginya menjadi seseorang yang terkenal itu sangat tidak nyaman di beberapa kesempatan. Kepopuleran yang dia dapat secara garis besar telah merampas kehidupan pribadinya, misalnya saat belanja maupun makan bersama keluarga di sebuah restoran.
Menurutnya saat makan di restoran ada saja orang yang menghampiri dia bersama keluarga dan membuatnya tak tenang.
Selama hampir dua tahun itu lah dia mencoba berdamai dengan dirinya sendiri. Pikiran untuk bunuh diri pun sempat menghampiri dirinya. Namun akhirnya dia bisa keluar dari masa sulit itu, terutama berkat rekan kolaborasinya di Chromatica, Ariana Grande dan Elton John.
“Aku tidak membenci Lady Gaga lagi. Aku menemukan cara untuk mencintai diri sendiri lagi, bahkan ketika aku pikir itu tidak akan pernah terjadi,” kata pemain Star is Born itu.
“Sekarang aku melihat piano aku dan berkata 'Oh, piano ku yang sangat ku cintai.' Piano ku yang memungkinkan aku berbicara. Piano ku yang memungkinkan aku membuat puisi. Piano ku yang menjadi milik diriku,” lanjutnya.
Kesaksian dan pengalaman berat ini bukan kali pertama yang berani dia ungkapkan ke publik. Sebelumnya lewat dokumenter Netflix, Lady Gaga: Five Foot Two dirinya pernah berbagi pengalaman buruk terkait kekerasan seksual saat dia remaja. Akibatnya dia didiagnosa dengan PTSD atau gangguan stres pasca trauma.
Saat ini Gaga sedang disibukkan dengan promosi dan kegiatan dengan buku barunya, Channel Kindness: Stories of Kindness and Community. Buku itu berisi 51 cerita tentang kebaikan, keberanian, dan ketahanan anak muda yang dia kirim lewat Born This Way Foundation miliknya.