ERA.id - Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani dan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto bertemu di Monas, Jakarta, Sabtu (8/10). Keduanya berpotensi menyatukan dua blok politik besar, meski masih sama-sama tersandung rendahnya elektabilitas. Internal Golkar pun bisa memanas.
"Pertemuan kedua tokoh ini bahkan sangat memungkinkan untuk menarik gerbong koalisi KIB yang dipimpin oleh Golkar untuk menjalin blok koalisi politik yang lebih besar dengan PDIP," tutur Nyarwi Ahmad, pengajar komunikasi politik UGM sekaligus Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS).
Menurutnya, pertemuan keduanya adalah langkah bagus untuk memperkuat konsolidasi bagi kedua partai. Puan dan Arlangga juga merupakan dua sosok yang memiliki track record menonjol di antara para pimpinan parpol di Indonesia saat ini.
"Keduanya sama-sama pernah punya pengalaman dalam mengelola pemerintahan sebagai menteri koordinator. Mbak Puan pernah menjadi Menteri di periode pertama Pemerintahan Presiden Jokowi. Pak AH sampai saat ini bahkan masih menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian," paparnya.
Keduanya juga sama-sama berpengalaman sebagai anggota maupun pimpinan di DPR. Puan sekarang Ketua DPR, yang berpengalaman mengelola dua lembaga politik.
"Ini saya kira bisa menjadi modal kuat bagi Mbak Puan dan Pak Airlangga mendiskusikan ide-ide besar dalam merumuskan model kepemimpinan Pak Jokowi, menjawab beragam potensi masalah-masalah besar yang akan dihadapi bangsa ini di masa mendatang. Pertemuan keduanya bisa membuka jalan lebar koalisi antara PDIP dan Golkar menuju Pilpres 2024 mendatang," ujarnya.
Koalisi kedua juga memungkinkan karena kedua partai yang ada dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama Golkar, yakni PAN dan PPP, juga memiliki pengalaman bersama sebagai partai pendukung Pemerintahan Jokowi saat ini.
"Koalisi antara PDIP dan Golkar untuk memajukan pasangan Capres-Cawapres ini sangat memungkinkan karena dua alasan. Pertama, PDIP dan Golkar merupakan partai yang sama-sama dikenal sebagai partai nasionalis yang selalu lekat dengan dengan narasi-narasi besar untuk memperkokoh semangat gotong royong," katanya.
Kedua, lanjut Airlangga, PDIP dan Golkar juga sama-sama partai yang mengedepankan pentingnya konsep dan gagasan besar dalam kancah politik dan kebangsaan, melampaui keberadaan seorang tokoh atau figur. Mayoritas tokoh PDIP seringkali menekankan pentingnya ideologi dalam kepartaian di Indonesia.
Sekitar sepuluh tahun lalu, para pimpinan Golkar juga sering menegaskan partai itu sebagai ‘partai ide-ide’ (the party of ideas). "Kedua partai ini pada dasarnya banyak memiliki kesamaan. Kalau melihat hal ini, maka peluang koalisi Mbak Puan dan Pak Airlangga sebenarnya hanya tinggal menunggu waktu saja," ujarnya.
Namun, Nyarwi menyatakan keduanya punya batu sandungan soal elektabilitas jika berpasangan sebagai Capres-Cawapres. Dari data-data survei yang disampaikan oleh lembaga-lembaga riset yang kredibel, elektabilitas keduanya masih satu digit. "Akselerasi elektabilitas keduanya dari waktu ke waktu juga belum bisa meroket," katanya.
Isu elektabilitas memang tidak jadi masalah di lingkungan internal PDIP hingga saat ini. Namun, isu ini sangat potensial akan menjadi pertimbangan serius di jajaran pimpinan Partai Golkar.
"Dinamika internal partai Golkar bisa saja memanas jika partai ini hendak mengusung figur dengan elektabilitas yang lemah. Partai Golkar saya yakin tidak akan kehilangan kesempatan untuk bisa menjadi salah satu partai pemenang dalam Pileg dan Pilpres 2024 mendatang," kata Nyarwi.