Temukan 102 Obat Sirop yang Diminum Pasien Anak Gagal Ginjal, Menkes: Jangan Dijual Dulu

| 21 Oct 2022 19:43
Temukan 102 Obat Sirop yang Diminum Pasien Anak Gagal Ginjal, Menkes: Jangan Dijual Dulu
Ilustrasi (Antara)

ERA.id - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menemukan 102 obat sirop yang digunakan keluarga kasus anak gagal ginjal akut. Dia 102 obat tersebut didapat 241 pasien gagal ginjal.   

"Kita sudah 102 obat yang ada di lemari keluarga ini, yang jenisnya sirop," jelas Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers pada Jumat (21/10/2022).

Presiden, kata dia, meminta dirinya untuk membuka daftar obat yang dicurigai itu. "Presiden minta pak menkes minta dibuka saja biar tenang dan kita melakukan transparansi ke publik," kata Budi.

Dia pun meminta agar dokter tidak meresepkan 102 obat yang digunakan oleh keluarga kasus gagal ginjal akut pada anak. "Kita minta tidak dijual dulu sementara," kata dia.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan jumlah gangguan ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI) hingga saat ini mencapai 241 kasus yang tersebar di 22 provinsi.

Sementara kasus kematian akibat gangguan ginjal akut mencapai 133 orang atau 55 persen dari kasus yang ada.

"Dilaporkan adanya 241 kasus gangguan ginjal akut atau AKI di 22 provinsi, dengan 133 kematian atau 55 persen dari kasus," kata Budi dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Jumat (21/10/2022).

Menurut Budi, gagguan ginjal akut ini mulai meningkat sejak Agustus 2022 hingga mencapai 36 kasus. Namun, kasus paling banyak terjadi di Oktober 2022 sebayak 110 kasus.

Rinciannya yaitu, pada Januari sebanyak dua kasus, Februari tidak ada kasus, Maret dua kasus, April tidak ada kasus, Mei lima kasus, Juni tiga kasus, Juli lima kasus, Agustus 36 kasus, September 78 kasus, dan Oktober 110 kasus.

Sementara jumlah kasus ini berdasarkan kelompok di bawah 1 tahun sebanyak 26 orang, usia 1-5 tahun sebanyak 153 orang, usia 6-10 tahun sebanyak 37 orang, dan usia 11-18 tahun sebanyak 25 orang.

"Kita melihat bahwa kejadian ini banyak menyerang, terutama balita di bawah 5 tahun," kata Budi.

Rekomendasi