ERA.id - Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid mengatakan bahwa banyak kiai dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) yang bersimpati besar kepada bakal calon presiden (capres) Prabowo Subianto.
“Banyak sekali kiai-kiai NU yang punya simpati besar terhadap Pak Prabowo,” kata Yenny usai pertemuannya dengan Prabowo di Jalan Kertanegara 4, Jakarta, Rabu malam kemarin, depan awak media.
Di sisi lain, Prabowo mengatakan hal yang terpenting menjelang kontestasi pilpres mendatang adalah membangun komunikasi yang baik, demi terciptanya kerja sama.
“Yang paling penting adalah kerja sama, kerukunan, kerja sama tentunya semakin dekat, semakin eksplisit; semakin bagus, tapi kerja sama itu kita bangun supaya nanti sesuai dengan waktu yg tepat, tidak ada masalah yang penting komunikasi yang baik,” kata Prabowo.
Yenny Wahid tiba pukul 17.07 WIB untuk menyambangi kediaman Prabowo di Kertanegara, Jakarta. Prabowo menjelaskan dalam pertemuan tersebut ia dan Yenny banyak berdiskusi.
“Hari ini pun kita banyak diskusi dan kita sepakat untuk terus komunikasi menghadapi tentunya dinamika kehidupan politik bangsa kita yang saya kira cukup dinamis,” kata Prabowo.
Dia pun mengatakan bahwa dirinya memiliki hubungan yang cukup lama dengan keluarga Gus Dur.
"Sebagaimana kalian ketahui, hubungan saya sudah cukup lama dengan keluarga Gus Dur. Puluhan tahun, sejak saya masih remaja, sekarang sudah agak remaja kira-kira. Jadi, hubungannya lama sebelum beliau presiden, selama jadi presiden, dan sesudah jadi presiden," kata Prabowo.
Menteri Pertahanan tersebut juga menyebut hubungannya dengan keluarga Gus Dur tetap terjalin dengan baik hingga kini.
"Hubungannya masih sangat baik dan tentunya kita berhubungan terus, tukar pikiran, tentang masalah-masalah bangsa dan negara, dan umat," ucap Prabowo.
Titah Ketua PBNU
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Yahya Cholil Staquf, sempat meminta bakal calon presiden dan calon wakil presiden tak mengatasnamakan Nahdlatul Ulama dalam Pemilihan Presiden 2024.
“Jangan ada calon mengatasnamakan NU. Kalau ada calon mengatasnamakan (NU), kredibilitasnya atas nama perilakunya sendiri-sendiri, bukan atas nama NU,” ujar Gus Yahya, Sabtu (2/9/2023).
Ia menjelaskan secara struktural, NU maupun kiai-kiai NU, juga tidak akan mendukung calon tertentu. “Kalau ada klaim, kiai-kiai NU merestui, itu sama sekali tidak betul. Selama ini tidak ada pembicaraan terkait calon presiden atau wakil presiden,” katanya.
Kalaupun ada warga NU yang ingin mencalonkan diri, Gus Yahya mempersilakan untuk bisa berjuang lewat partai politik, bukan lewat NU.
“Orang tahu NU ini punya warga banyak sekali. Survei Alvara 52,9 persen populasi muslim Indonesia mengaku NU,” jelas Gus Yahya.
Menurutnya, warga NU sangat cerdas sehingga tidak bisa lagi ditarik-tarik untuk memenuhi ambisi calon tertentu.
“Pola pikir NU ini dulu dianggap kayak kebo (kerbau). Ini menghina sekali, padahal warga NU ini sudah cerdas, mereka sudah bisa menilai orang. Kami tidak mau NU ini dicocok-cocok hidungnya dibawa ke sana ke mari,” tambahnya.
Gus Yahya juga memastikan bahwa keputusan Muktamar NU, sebagai lembaga tidak akan ikut dukung mendukung dan juga tidak akan jadi kompetitor dalam politik.