ERA.id - Juru Bicara Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN), Billy David Nerotumilena mengatakan pasangan AMIN senang kalau berdebat menggunakan bahasa Inggris.
"Kalau itu (debat menggunakan bahasa Inggris) malah kami senang," kata Billy di Jakarta, Selasa kemarin.
Hal itu dikatakannya ketika ditanya terkait tantangan kubu pasangan calon lainnya yang siap menggunakan bahasa Inggris saat debat.
Billy mengatakan bahwa Anies Anies-Muhaimin sudah mempersiapkan jauh-jauh hari untuk debat capres-cawapres nanti.
Menurut dia, meskipun sudah siap ketika debat capres-cawapres menggunakan bahasa Inggris, tetapi Timnas AMIN tetap menunggu keputusan dari pihak penyelenggara yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Apapun yang diputuskan oleh KPU selama itu merujuk pada ketentuan yang berlaku, maka akan kami ikuti," katanya.
Ia menambahkan ketika ada inovasi menggunakan bahasa Inggris saat debat, maka paslon AMIN dipastikan siap, dan bahkan justru menguntungkan paslon nomor urut 1.
Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah menetapkan debat Pilpres 2024 sebanyak tiga kali untuk calon presiden dan dua kali untuk calon wakil presiden, sesuai dengan Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2023 Pasal 50 ayat (1).
Debat pertama di Kantor KPU pada tanggal 12 Desember 2023 temanya terkait dengan hukum, hak asasi manusia (HAM), pemerintahan, pemberantasan korupsi, dan penguatan demokrasi.
Pada debat kedua yang dijadwalkan pada tanggal 22 Desember 2023 mengusung tema pertahanan, keamanan, geopolitik, dan hubungan internasional.
Tema debat ketiga pada tanggal 7 Januari 2024 adalah ekonomi (kerakyatan dan digital), kesejahteraan sosial, investasi, perdagangan, pajak (digital), keuangan, dan pengelolaan APBN.
Selanjutnya tema debat keempat pada tanggal 21 Januari 2024 perihal energi, sumber daya alam (SDA), SMN, pajak karbon, lingkungan hidup dan agraria, serta masyarakat adat.
Debat terakhir pada tanggal 4 Februari 2024 dengan tema mengenai teknologi informasi, peningkatan pelayanan publik, hoaks, intoleransi, pendidikan, kesehatan (post-COVID Society), dan ketenagakerjaan.