ERA.id - Dosen Ilmu Politik dan International Studied Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam menilai kampanye di pondok pesantren Jawa Timur tidak efektif untuk mendulang suara pada pemilihan umum (pemilu) mendatang.
"Efektivitas kampanye di pesantren tentunya tidak seefektif dahulu," kata Ahmad Khoirul Umam dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Jumat (29/12/2023) dikutip dari Antara.
Menurut Khoirul, dahulu pesantren di Jawa Timur yang berkultur Nahdlatul Ulama (NU) punya loyalitas yang kuat terhadap para kiai. Hal ini menyebabkan para santri dan alumni memiliki pilihan politik yang sama dengan para kiai di setiap pondok pesantren.
Namun, lanjutnya, tingkat loyalitas pengikut kepada para kiai dalam hal pilihan politik makin menurun seiring kuatnya literasi politik yang masuk ke lingkungan pesantren.
"Sekarang, penghormatan pada kiai sering kali tidak dimaknai sebagai bentuk keharusan memiliki pilihan politik yang sama dengan kiai," ujarnya.
Meski demikian, kata Khoirul, kampanye di beberapa pesantren Jawa Timur tetap layak dilakukan untuk menjaga basis suara.
"Kampanye di jaringan pesantren tetap dibutuhkan untuk mengoptimal penguasaan simpul-simpul pesantren yang memiliki massa riil seperti santri, alumni, serta orang tua santri dan alumnus," ucapnya.
Pada November lalu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah menetapkan tiga bakal pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden menjadi peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024, yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD nomor urut 3.
Masa kampanye ditetapkan mulai 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024, empat hari sebelum jadwal pemungutan suara pada tanggal 14 Februari 2024 nanti.