Benarkah Dana BOS Akan Dipakai untuk Membiayai Program Makan Siang Gratis?

| 06 Mar 2024 20:02
Benarkah Dana BOS Akan Dipakai untuk Membiayai Program Makan Siang Gratis?
Ilustrasi makanan. (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/foc)

ERA.id - Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kantor Kemenko Perekonomian, Dida Karbera, mengklarifikasi bahwa penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk Program Makan Siang Gratis masih sekadar usulan.

Selain menggunakan Dana BOS, dia juga mengatakan kabar penggunaan anggaran dari subsidi energi guna membiayai Program Makan Siang Gratis juga masih sekadar opsi untuk dipertimbangkan.

"Dari sisi pemerintah belum, itu kan baru wacana-wacana yang memungkinkan anggarannya dari situ. Kita belum mengkaji," kata Dida di Kantor Kemenko Perekonomian Jakarta, Rabu (6/3/2024).

Dalam simulasi Program Makan Siang Gratis yang diselenggarakan di SMP Negeri 2 Curug, Kabupaten Tangerang, Kamis (29/2), program itu menggunakan anggaran Rp15.000 per anak dari Pemerintah Kabupaten Tangerang.

Namun, Dida menjelaskan bahwa nominal anggaran tersebut masih dapat berubah sewaktu-waktu dengan menyesuaikan kondisi perekonomian masing-masing wilayah.

"Kebetulan di sana (Kabupaten Tangerang) Rp15.000-an (per anak) mungkin make sense, tapi di IKN kan bisa besar," ujarnya.

Makanya dia menegaskan bahwa terkait aspek anggaran dari Program Makan Siang Gratis saat ini masih dikaji ulang oleh pemerintah.

Adapun Program Makan Siang dan Susu Gratis merupakan usulan dari pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Dalam dokumen visi-misinya, paslon tersebut menjelaskan Program Makan Siang Gratis bertujuan mengatasi masalah tengkes (stunting) dan bakal menyasar siswa pra-sekolah, sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA) dan pesantren.

Bantuan gizi juga akan diberikan kepada ibu hamil dan balita di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kesehatan dan membantu ekonomi keluarga.

Program tersebut menargetkan lebih dari 80 juta penerima manfaat dengan cakupan 100 persen pada tahun 2029.

Rekomendasi