Menperin Sebut Beras Analog Sagu Bisa Jadi Alternatif Pengganti Beras, Bagus untuk Penderita Diabetes

| 25 Mar 2024 16:05
Menperin Sebut Beras Analog Sagu Bisa Jadi Alternatif Pengganti Beras, Bagus untuk Penderita Diabetes
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita (tengah). ANTARA/Muzdaffar Fauzan

ERA.id - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan beras analog sagu bisa menjadi pangan utama pengganti beras, terutama saat terjadi kelangkaan.

Menperin mengatakan hal itu karena Indonesia memiliki lahan sagu sebesar 5,5 juta hektare yang berpotensi menghasilkan pati sagu sebanyak 34,3 juta ton.

"Untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri saat ini pemerintah mengupayakan pemenuhan pangan dari sumber alternatif. Sumber alternatif ini banyak, khususnya sagu, dan sagu berpotensi dikembangkan sebagai alternatif bahan pangan sumber karbohidrat utama," kata Menperin di Jakarta dikutip dari Antara, Senin (25/3/2024).

Menperin mengatakan, selain bisa menjadi alternatif bahan pangan utama bagi masyarakat, beras analog sagu juga dinilai lebih sehat karena mengandung pati resisten (resistant scratch) yang tinggi, serta indeks glikemik atau cepat atau lambatnya unsur karbohidrat dalam bahan pangan untuk meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh yang rendah. Sehingga hal itu menurutnya baik untuk mencegah diabetes.

Lebih lanjut Menperin menyampaikan untuk mewujudkan hal tersebut pihaknya selalu berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga (K/L) terkait guna memenuhi kebutuhan suplai bahan baku.

"Jadi kalau industri-industri sudah siap yang berkaitan dengan sagu, yang sekarang kita harus persiapkan lagi adalah hulunya dari suplainya, suplai bahan baku sagu," katanya.

Sebelumnya pada Jumat (8/3) Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan tahun lalu pihaknya bekerja sama dengan beberapa industri besar yang merupakan produsen pati sagu nasional untuk meningkatkan utilisasi produksinya.

"Utilisasi produksi industri pati sagu nasional saat ini masih sangat rendah yaitu di bawah 30 persen. Hal ini sebagai dampak dari keterbatasan industri untuk memperoleh bahan baku empulur sagu,” katanya.

Lebih lanjut, ia mengatakan pemerintah bekerja sama dengan industri pati sagu untuk mengembangkan model bisnis industri dengan menggunakan sagu basah produksi UMKM sebagai bahan baku di industri tersebut.

Pemanfaatan sagu basah UMKM dinilai mampu memperlambat proses oksidasi, sehingga jangkauan bahan baku industri tersebut semakin luas, serta bisa memberikan nilai tambah pada petani sagu.

Rekomendasi