ERA.id - Anggota Tim Pembela Prabowo-Gibran, Hotman Paris Hutapea mengatakan, persidangan gugatan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 semakin hari bertambah lucu dan tak masuk akal.
Apalagi, ahli-ahli yang dihadirkan oleh kubu pasangan calon nomor urut tiga, Ganjar Pranowo-Mahfud MD dalam sidang gugatan perkara tersebut lebih parah dibanding ahli dari kubu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
"Hari ini semakin lucu lagi. Kemarin saya sudah tertawa terpingkal-pingkal, sekarang parah lagi, parah banget." kata Hotman di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2024).
Dia lantas menyinggung keterangan dari Profesor Filsafat STF Driyakara, Franz Magniz Suseno. Menurutnya, sangat aneh jika kubu Ganjar-Mahfud ingin membatalkan 90 juta suara milik Prabowo-Gibran hanya berdasarkan pesan-pesan moral.
"Masa 90 juta suara lebih dari prabowo mau dibatalkan dari kesaksian pesan-pesan moral dari Romo, ini kan maslah hukum, bukan maslah pesan-pesan moral, jadi benar-benar kok aneh banget ini tim kuasa hukum mereka," katanya.
Begitu juga dua ahli yang berlatar belakang psikologi, menurut Hotman tidak pas jika dihadirkan dalam sidang sengketa pilpres.
"Terus yang kedua, mereka bawa dua psikolog, dua psikolog mau dipakai untuk membatalkan 90 juta suara, masuk di akal ga si? Gua pusing dengarnya, ini praktik hukum yang mana coba?" imbuhnya.
Diketahui, agenda sidang sengketa hari ini adalah mendengar keterangan ahli dan saksi dari kubu pasangan calon nomor urut tiga, Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Salah satu ahli yang dihadirkan adalah Profesor Filsafat STF Driyakara, Franz Magniz Suseno. Dalam persidangan, dia sempat menyinggung soal etika hingga menyebut Presiden Joko Widodo seperti pencuri dengan mempolitisasi program bantuan sosial (bansos) demi memenangkan pasangan calon tertentu.