Susu Ikan Gantikan Susu Sapi di Program Makan Bergizi Gratis, Gerindra: Belum Final

| 13 Sep 2024 07:00
Susu Ikan Gantikan Susu Sapi di Program Makan Bergizi Gratis, Gerindra: Belum Final
Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. (Era.id/Gabriella Thesa)

ERA.id - Beredar kabar program makan bergizi gratis bakal menghadirkan produk susu ikan sebagai alternatif susu sapi. Ide tersebut menuai polemik.

Merespons polemik itu, Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan, hal tersebut belum ditetapkan. Melainkan baru sebatas aspirasi dan sedang disimulasikan.

"Jadi begini, alternatif-alternatif itu adalah aspirasi juga dari masyarakat ataupun kemudian hasil simulasi yang ada dan belum final," katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (12/9/2024).

Soal apakah susu ikan akan dijadikan alternatif pengganti susu sapi di program makan bergizi gratis, keputusannya akan disampaikan di kemudian hari.

"Sehingga kita akan umumkan ke publik mengenai masalah pengganti susu makan bergizi itu pada saatnya nanti Jadi kalau sekarang, ya itu kita anggap sebagai aspirasi ataupun kemudian hasil simulasi," kata Dasco.

Dikutip dari Antara, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan susu ikan merupakan minuman protein salah satu produk turunan dari Hidrolisat Protein Ikan (HPI) yang diolah dan disajikan menyerupai susu.

Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Budi Sulistiyo menyampaikan nama susu ikan adalah branding dari inovasi produk turunan HPI untuk mudah dikenal dan dikonsumsi masyarakat mengenal produk tersebut.

"Jadi bukan dalam arti susu yang sebenarnya, melainkan susu analog hasil dari HPI," ujar Budi.

HPI merupakan ekstrak protein ikan hasil penelitian tim bioteknologi Litbang KKP tahun 2017 dengan memanfaatkan ikan rendah ekonomi seperti petek, selar, tamban, dan belok. Industri ini akan menjadi faktor penting pemicu meningkatkan kesejahteraan nelayan.

HPI, lanjut dia, menjadi upaya peningkatan asupan protein harian masyarakat yang saat ini baru berada di angka 62,3 gram/kapita/hari masih di bawah rata-rata di negara Asean dan bahkan jauh dibanding negara maju yang lelah melampaui 100 gram/kapita/hari.

Rekomendasi