LSI Denny JA: Makan Bergizi Gratis Jadi Program Positif Unggulan 100 Hari Pemerintahan Prabowo

| 24 Jan 2025 18:15
LSI Denny JA: Makan Bergizi Gratis Jadi Program Positif Unggulan 100 Hari Pemerintahan Prabowo
Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa (DOk. Istimewa)

ERA.id - Program Makan Bergizi Gratis (MBG), Rehabilitasi dan Renovasi Sekolah, serta Swasembada Pangan terpilih menjadi Top 3 Program Prabowo-Gibran dengan skor positif paling tinggi. Sementara Wacana Pilkada yang akan dipilih oleh DPRD menjadi Top 1 isu dengan skor negatifnya paling buruk.

Berdasarkan hasi temuan riset LSI Denny JA menyambut 100 Hari Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran, program MBG menjadi paling tinggi dengan skor 8,4.

"Seratus hari pertama pemerintahan adalah momen awal ketika janji seorang presiden dibuktikan, dan visi seorang pemimpin diuji," kata peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa dalam rilis hasil survei, Jumat (24/1/2025).

Menurut Ardian itulah mengapa 100 hari pemerintahan Prabowo-Gibran menarik perhatian, tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga dunia internasional. Dalam sejarah politik modern, periode ini adalah masa krusial di mana kepercayaan rakyat terbentuk atau terguncang.

Bukan hanya retorika yang dinilai, tetapi tindakan nyata yang memberi dampak pada masyarakat luas. Publikasi survei terbaru oleh Kompas menunjukkan bahwa approval rating atau tingkat kepuasan terhadap 100 hari Prabowo-Gibran berada di atas 80 persen.

"Angka ini sangat tinggi, bahkan untuk ukuran global, mencerminkan harapan besar masyarakat terhadap pasangan pemimpin ini," katanya.

Namun, angka tersebut hanyalah satu cara untuk membaca situasi. Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menggunakan pendekatan yang berbeda untuk menggali lebih dalam tentang 100 hari pemerintahan ini.

Dengan mengidentifikasi Top 9 Program Positif dan Top 3 Program Negatif, LSI memberikan gambaran komprehensif tentang kebijakan yang diterima atau ditolak masyarakat berdasarkan kriteria yang terukur dan relevan.

Metode ini memperlihatkan bukan hanya angka, tetapi juga substansi. Akan mulai terlihat dampak kebijakan terhadap masyarakat, relevansi program dengan tantangan utama bangsa, serta bagaimana masyarakat meresponsnya melalui sentimen publik dan analisis mendalam.

Ini adalah cara baru untuk memahami keberhasilan dan tantangan awal sebuah pemerintahan. Info ini menciptakan peta yang lebih jujur tentang apa yang telah diraih dan apa yang masih perlu diperbaiki. LSI menggunakan dua pendekatan untuk menghasilkan laporan ini: LSI Weight Scoring Model dan Aplikasi LSI Internet.

Weight Scoring Model adalah pendekatan evaluasi berbasis bobot, yang dirancang untuk menilai kebijakan secara holistik. Ia dikembangkan banyak peneliti, antara lain, Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an. Dengan datangnya teknologi digital dan Artificial Intelligence, LSI Denny JA mengembangkan model ini.

"Untuk 100 Hari Prabowo-Gibran, kami memberi porsi proporsional pada lima dimensi utama: dampak strategis, dampak langsung, keberlanjutan, sentimen publik, dan dukungan politik," katanya.

"Dengan memberi bobot pada setiap aspek, model ini mencerminkan realitas kompleks sebuah kebijakan, baik dari sisi teknokratis maupun persepsi masyarakat," tambah Ardian.

Keunggulan utamanya terletak pada keadilan evaluasi—menggabungkan data kuantitatif dan kualitas dampak. Inovasi ini, disertai aplikasi digital, menjadikan Weight Scoring Model sebagai alat yang revolusioner, membuka wawasan baru dalam membaca keberhasilan atau kegagalan pemerintahan di era modern.

Model pertama menentukan ranking program positif melalui kriteria berbobot yang mencakup dampak strategis (30%), dampak langsung (25%), keberlanjutan dan efisiensi (20%), sentimen publik (15%), serta dukungan politik dan internasional (10%). Setiap kebijakan diberi skor 1-9. Nilai 9 untuk skor paling positif.

Kriteria dipilih berdasarkan relevansi isu terhadap tantangan nasional seperti stunting, ketahanan pangan, dan reformasi pendidikan. Bobot ditetapkan untuk memastikan keadilan dalam mengevaluasi dampak langsung dan strategis, serta sentimen publik.

Model kedua menganalisis frekuensi serta sentimen percakapan daring antara 20 Desember 2024 hingga 20 Januari 2025. Kombinasi metodologi ini memberikan gambaran kuantitatif dan kualitatif terhadap program yang dievaluasi.

Berikut 9 Program unggulan Prabowo yang dinilai positif:

1. Program Makan Bergizi Gratis (Skor 8,4)

Program ini menempati peringkat pertama karena dampaknya yang langsung terhadap pengurangan stunting dan peningkatan kesehatan masyarakat, mendukung kualitas generasi mendatang. Efeknya juga akan terasa pada perekonomian melalui peningkatan permintaan pangan lokal.

Lebih jauh, program ini adalah simbol dari pemerintahan yang berorientasi pada kebutuhan dasar manusia. Ketika anak-anak dapat tumbuh sehat dengan asupan nutrisi yang cukup, mereka memiliki kesempatan untuk belajar lebih baik, bekerja lebih produktif, dan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.

Program ini juga memancarkan nilai kemanusiaan: memastikan tidak ada anak yang tertinggal hanya karena kemiskinan. Namun, tantangan distribusi dan keberlanjutan pembiayaan tetap menjadi ujian utama.

2. Rehabilitasi dan Renovasi Sekolah (Skor 8,0)

Program ini memperbaiki infrastruktur pendidikan, mengurangi kesenjangan akses antara wilayah perkotaan dan pedesaan, serta meningkatkan kualitas belajar. Program ini mencerminkan komitmen pemerintah terhadap keadilan sosial. Ketika seorang anak di pedesaan dapat belajar di ruang kelas yang layak, mereka diberi kesempatan untuk bermimpi lebih besar.

Pendidikan adalah fondasi untuk membangun masa depan bangsa, dan investasi pada infrastruktur sekolah bukan hanya menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, tetapi juga memberdayakan guru dan siswa untuk memberikan serta menerima yang terbaik.

3. Swasembada Pangan (Skor 7,8)

Fokus pada pengurangan impor pangan, peningkatan ketahanan pangan, dan dukungan terhadap petani lokal menjadikan program ini sangat strategis untuk jangka panjang.

Swasembada pangan adalah cerminan kemandirian bangsa. Dalam dunia yang semakin rentan terhadap krisis global, kemampuan untuk memproduksi kebutuhan pokok sendiri adalah bentuk ketahanan nasional.

Selain itu, program ini adalah penghormatan bagi petani yang telah lama menjadi tulang punggung bangsa. Namun, keberhasilan jangka panjangnya membutuhkan sinergi antara teknologi pertanian, edukasi petani, dan stabilitas kebijakan.

4. Peningkatan Kesejahteraan Guru (Skor 7,8)

Dengan meningkatkan kesejahteraan guru, pemerintah memperkuat motivasi dan kualitas pendidikan, menunjukkan komitmen serius pada sektor pendidikan.

Guru adalah pilar utama pendidikan. Dengan memberikan kesejahteraan yang layak, pemerintah tidak hanya memenuhi hak mereka, tetapi juga menghormati peran mereka dalam membentuk generasi mendatang.

Motivasi guru yang tinggi berbanding lurus dengan kualitas pengajaran. Program ini menegaskan bahwa investasi pada manusia—khususnya mereka yang mendidik anak-anak bangsa—adalah investasi yang tak ternilai harganya.

5. Kenaikan Upah Minimum Nasional (Skor 7,8)

Peningkatan daya beli masyarakat dan stabilitas sosial menjadikan program ini relevan secara ekonomi dan sosial. Langkah ini memberikan napas baru bagi pekerja yang selama ini berada di batas kemampuan ekonomi. Dengan daya beli yang meningkat, roda perekonomian berputar lebih cepat, menciptakan efek domino positif pada sektor perdagangan dan jasa.

Program ini juga mengurangi ketimpangan ekonomi, memberikan rasa keadilan bagi mereka yang bekerja keras untuk menghidupi keluarga.

Dengan demikian, 100 hari pertama Prabowo-Gibran bukan hanya tentang angka kepuasan, tetapi tentang bagaimana mereka merespons kebutuhan rakyat dan merumuskan visi yang dapat bertahan di tengah kompleksitas tantangan nasional dan global.

Rekomendasi