ERA.id - Politisi PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo menegaskan bahwa mahasiswa adalah simbol perlawanan terhadap rezim totaliter, sehingga peran historis itu menempatkan gerakan mahasiswa sebagai salah satu pilar terpenting dalam kehidupan bernegara.
Ganjar menjelaskan, sejarah perjalanan bangsa Indonesia tidak pernah bisa dilepaskan dari peran sentral gerakan mahasiswa. Mulai dari pergerakan kemerdekaan, penumbangan rezim Orde Lama melalui Angkatan '66, hingga puncaknya pada Reformasi 1998.
Ia juga mengatakan banyak model gerakan mahasiswa. Namun gerakan mahasiswa selalu memainkan tiga peran utama dalam sejarah politik global, yaitu pemicu perubahan, penjaga moral publik, ideologis dan intelektual.
"Serta hasilnya sangat beragam ada yang bisa menjatuhkan rezim, mengubah hukum, perubahan budaya sosial-politik atau bahkan gagal,” ujarnya dalam diskusi publik Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) dengan tema “Tantangan Demokrasi dan Masa Depan Gerakan Mahasiswa Indonesia” di Auditorium Mochtar Riady, Kampus FISIP UI Depok, Senin kemarin.
Dalam diskusi tersebut, Ganjar menyoroti tantangan besar yang kini dihadapi mahasiswa, yakni polarisasi ideologis dan fragmentasi gerakan. Perbedaan ideologi, katanya, tak seharusnya melemahkan gerakan mahasiswa.
“Setiap mahasiswa membawa gagasan dan perspektif masing-masing. Keberagaman ini sehat. Jika kita menunggu sampai semua sama, persatuan tidak akan pernah terwujud. Justru karena
berbeda, kita perlu berorganisasi,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa organisasi merupakan instrumen yang mampu mengubah perbedaan menjadi kekuatan kolektif.
Ganjar juga menyoroti perubahan bentuk gerakan sosial yang bersifat cepat dan fleksibel, termasuk micro-activism atau digital micro-movement yang sederhana, seperti share, like, atau repost yang dapat menyebar viral dengan cepat dan biaya rendah.
Alumni Pascasarjana Ilmu Politik FISIP UI tersebut menambahkan bahwa gerakan mahasiswa dan kaum muda perlu mengembangkan ide-ide kreatif dan inovatif agar isu yang mereka angkat dapat tersampaikan secara efektif kepada publik.
Ia mencontohkan kampanye kreatif seperti “Garuda Biru,” “Indonesia Gelap,” dan “Kabur Aja Dulu” yang dinilai berhasil menyampaikan pesan secara singkat dan kuat melalui pendekatan
visual dan algoritma media sosial.
“Cara kreatif dan inovatif bisa muncul dari diskusi, membaca dan mengikuti perkembangan. Namun selain itu, cara kreatif dan menyampaikan informasi yang kredibel dilakukan dengan
basis data,” jelas Ganjar.