ERA.id - PDI Perjuangan menceramahi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang kini berkonflik. Dia meminta PBNU bersatu agar permasalahan tidak semakin meluas.
Ketua DPP PDI Perjuangan Said Abdullah meyakini dengan keluasan hati, jalan ikhtiar, dan tawakal, serta semangat pengabdian kepada umat, para ulama bisa mendapatkan menempuh jalan islah.
"Kami para jam’iyah mendoakan hal itu segera terwujud," kata Said, yang juga merupakan warga NU, lewat keterangan yang diterima, Senin (1/12/2025).
Dia berharap kalangan para pendukung agar bisa menahan diri dari memanasi situasi. Said mengaku sedih saat mendengar kabar para masayih dan kiai yang duduk di jajaran PBNU berkonflik. Apalagi konflik itu menjadi berita terbuka di mana-mana, yang disertai dengan saling pecat satu sama lain.
Lebih sedih lagi, menurutnya, perkara konflik bermula dari pengelolaan pertambangan batu bara yang diberikan oleh pemerintah kepada organisasi kemasyarakatan, salah satunya NU.
"Suatu perkara duniawi yang sesungguhnya kecil sekali derajatnya untuk dijadikan sumber perpecahan," ucap dia.
Sebagai pribadi yang sejak kecil dididik, beribadah, dan bermuamalah dengan tradisi nahdliyah, ia memegang teguh ajaran tawadu’ dan tabayun, serta akhlaqul karimah dalam kitab Ta’lim Muta’alim.
Sebagai bagian jamiah, dia memohon para masayih dan kiai di PBNU untuk kembali islah, sebagai jalan yang perlu diutamakan. "Para musytasar PBNU, kiai sepuh, dan ahlul halli wal aqdi mohon berkenan untuk menjadi jembatan terwujudnya jalan islah ini," tutur Said.
Ia menekankan perpecahan jajaran di PBNU merugikan bangsa lantaran dunia mengakui bahwa NU merupakan jangkar utama kekuatan Islam Indonesia, bersama dengan Muhammadiyah untuk membangun umat, memberikan pendidikan karakter, sekaligus memberikan berbagai pelayanan ekonomi dan sosial kepada umat.
Bila konflik tersebut berkepanjangan, kata Said, maka energi PBNU akan tersedot untuk mengurus konflik, padahal fokusnya harus ke pelayanan kepada para jamiah di bawah.
Bila tidak ada jalan islah dan jalan pecat-memecat yang ditempuh, dirinya berpendapat akan ada luka dan perpecahan yang tidak bisa disudahi dengan sekadar keputusan organisasi karena ujungnya berupa zero sum game (menang kalah).
"Tidak memenangkan semua, akan ada martabat yang direndahkan," ungkap dia.