Masyarakat Bandel Langgar Protokol Kesehatan, Pengamat: Beri Sanksi!

| 01 Aug 2020 16:00
Masyarakat Bandel Langgar Protokol Kesehatan, Pengamat: Beri Sanksi!
Ilustrasi warga bermasker dan tidak (Angga Nugraha/Era.id)

ERA.id - Sekjen Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dedi Supratman menilai jumlah pelanggaran terhadap protokol kesehatan meningkat, berdampak pada naiknya jumlah kasus positif COVID-19. Maka, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) bisa kembali diperketat.

Namun, opsi itu merupakan pilihan terakhir apabila masyarakat masih bandel dan mengabaikan protokol kesehatan adaptasi kebiasaan baru seperti sekarang ini.

"Protokol kesehatan tidak dijaga (sehingga) banyak pelanggaran. Kasus terus meningkat. Tidak menutup kemungkinan PSBB dihidupkan lagi," ujar Dedi dalam acara webinar, Sabtu (1/8/2020).

Lebih lanjut, Dedi juga menanti petugas melakukan pemeriksaan berkala, terutama di perkantoran. Sebab, dia mengatakan, masih banyak perusahaan yang melakukan pelanggaran hingga menyebabkan adanya klaster perkantoran.

Selain itu, petugas juga harus melakukan pemeriksaan di tempat-tempat umum. Selama ini, kata Dedi, belum pernah ada tim khusus yang melakukan sidak di tempat-tempat tersebut untuk mendisiplinkan masyarakat.

Dedi juga mendorong penerapan sanksi bagi pelanggar protokol kesehatan. Misalnya, melarang orang datang ke pasar atau rumah ibadah jika orang tersebut kedapatan tak menggunakan masker.

Menurut dia, sanksi ini diperlukan agar mengurangi pelanggaran protokol kesehatan di masyarakat. Hal ini sama seperti pemberlakuan hukuman tilang bagi kendaraan yang melanggar lalu lintas.

"Itu satu mode yang perlu diterapkan juga karena tampaknya perjuangan berbulan-bulan mengimbau masyarakat sangat susah. Maka dari itu saatnya mempertimbangkan aspek punishment ini," katanya.

Dedi menilai, banyaknya pelanggaran protokol kesehatan disebabkan oleh diksi kenormalan baru (new normal) yang sering disalahartikan sebagai normal seperti sebelum adanya pandemi COVID-19. Terlebih, maklumat Polri yang dinilai efektif mendisplinkan masyrakat pun telah dicabut.

Akibatnya, euforia masyarakat menjadi berlebihan, seolah-oleh virus korona sudah tak ada lagi.

"Jadi memang (bagi) saya pribadi, solusi terbaiknya protokol kesehatan dijaga kalau simpul-simpul ekonomi akan dibuka," pungkasnya.

Rekomendasi