Menkes Ungkap Penyebab Positivity Rate COVID-19 di Indonesia Tinggi

| 17 Feb 2021 18:30
Menkes Ungkap Penyebab Positivity Rate COVID-19 di Indonesia Tinggi
Ilustrasi COVID-19 (Era.id)

ERA.id - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengukapkan penyebab tingginya data positivity rate di Indonesia. Salah satunya karena banyaknya data dari laboratorium pemeriksaan spesimen atau polymerase chain reaction (PCR) yang tidak dilaporkan secara utuh. 

Budi mengatakan, banyak laboratorium PCR hanya mengirimkan data hasil pemeriksaan yang positif saja tanpa menyertakan hasil pemeriksaan yang negatif. 

"Banyak data-data di lab yang belum dimasukkan khususnya data yang negatif. Jadi kalau itu sifatnya negatif, belum langsung dikirim ke pusat sehingga data yang kami terima itu lebih banyak data yang positif," ujar Budi dalam konferensi pers yang disiarkan YouTube Kemenkes, Rabu (17/2/2021).

Penyebabnya, kata Budi, sejumlah laboratorium masih sulit mengakses sistem aplikasi pelaporan data hasil COVID-19 milik Kementerian Kesehatan. Budi mengakui, sistem milik kementeriannya memang masih rumit, sehingga petugas laboratorium kesulitan memasukan data.

"Itu kita respon dengan perbaikian dari aplikasi kami di Kemenkes terkait pelaporan test PCR, itu dua hari yang lalu sudah kita luncurkan, mudah-mudahan itu bisa mengatasi masalah ini," kata Budi.

Selain itu, kata Budi, kemungkinan orang yang positif terinfeksi COVID-19 sudah lebih banyak, sedangkan testing-nya yang dilakukan masih sangat kurang. Hal ini juga diduga menjadi salah satu penyebab tingginya positivity rate di Indonesia. 

Untuk mengatasi hal tersebut, Kementerian Kesehatan akan mengunakan rapid test antigen untuk melakukan testing yang lebih masif.

"Dengan demikian, dengan semakin luasnya cakupan pemeriksaan, diharapkan bahwa nanti positivity rate yang ada lebih menggambarkan keadaan yang sesungguhnya," kata Budi.

Terakhir, kata Budi, banyak lab yang belum konsisten memasukkan laporannya. Ke depannya, Kementerian Kesehatan akan berkomunikasi dengan seluruh lab PCR di Indonesia agar disiplin memasukkan data lengkap dan on time.

"Jadi jangan ditunda terlampau lama. Dengan demikian kita bisa melihat data positivity rate yang sebenarnya sehingga kita bisa mengambil keputusan kebijakan yang lebih tepat," pungkasnya.

Rekomendasi