KADIN Masih Tunggu 'Aturan Main' Pemerintah Soal Vaksin COVID-19 Gotong Royong

| 23 Feb 2021 20:31
KADIN Masih Tunggu 'Aturan Main' Pemerintah Soal Vaksin COVID-19 Gotong Royong
Ilustrasi COVID-19 (Era.id)

ERA.id - Kamar Dagang Indonesia (KADIN) tengah mempersiapkan program Vaksin Gotong Royong. Program vaksin ini nantinya akan menargetkan karyawan dan buruh dari seluruh perusahaan di Indonesia.

Menanggapi hal tersebut Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan beberapa persiapan untuk membantu pemerintah melakukan vaksin gotong royong.

"Kami masih menunggu aturan main dari pemerintah, tapi kami sudah mempersiapkan melalui pendataan. untuk tenaga Kesehatan itu ada dari swasta, serta perusahaan itu khususnya perusahaan padat karya memiliki fasilitas Kesehatan sendiri termasuk tenaga kesehatannya," ujarnya.

Shinta mengatakan jika program ini tidak akan mengganggu jalannya program vaksin gratis dari pemerintah.

"Jadi program vaksin ini bisa dilakukan secara mandiri tidak perlu mengambil tenaga kesehatan dan fasilitas yang ada di pemerintah. Tetapi untuk pelaksanaannya seperti apa kami akan menunggu aturan dari pemerintah," tambahnya.

Shinta juga mengatakan jika bantuan lain juga didapatkan dari perusahaan farmasi nasional yang turut berpartisipasi dalam program vaksin ini.

"Juga dari segi distribusi dan logistik banyak perusahaan farmasi nasional yang bisa membantu untuk berpartisipasi," ucapnya.

Meski begitu Shinta cukup menyayangkan beberapa perusahaan yang tidak bisa ikut berpartisipasi akibat dampak besar saat pandemi.

"Jadi kalau kita lihat perusahaan tidak bisa kita sama ratakan, jadi sampai hari ini juga ada banyak sekali perusahaan yang sangat terdampak akibat pandemi COVID-19. Seperti sektor pariwisata, retail, itu tidak bisa semua ikut berpartisipasi jadi mereka masih memanfaatkan vaksin yang gratis," ujarnya.

Lebih lanjut lagi Shinta mengungkapkan antusiasme yang tinggi mengingat sebanyak 6.300 perusahaan ikut program ini dikarenakan pertimbangan perusahaan atas biaya untuk vaksin dan testing regular yang rutin dilakukan.

"Jadi kalau kita lihat antusiaisme yang tinggi itu karena pengeluaran untuk biaya tes saja bisa dibayangkan berapa yang harus keluar. Jadi kalau kita harus melakukan testing rutin regular itu bisa memakan biaya yang sangat tinggi. Dan saya rasa itu bisa menjadi suatu pertimbangan bagi suatu perusahaan," tutupnya.

Rekomendasi