ERA.id - Gempa yang mengguncang wilayah Kabupaten Malang dan beberapa wilayah lainnya di Jawa Timur pada Sabtu (10/4), dengan magnitudo 6,1 menyisakan duka mendalam dan menyebabkan trauma kepada sejumlah warga terdampak.
Gempa yang membuat masyarakat di Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu panik tersebut, memberikan dampak paling parah di wilayah selatan Provinsi Jawa Timur, yakni Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang.
Pada wilayah itu, berdasarkan data terakhir yang dihimpun, dilaporkan 1.285 rumah mengalami kerusakan meliputi 336 rumah rusak berat, 450 rusak sedang, dan 499 rusak ringan.
Salah seorang warga Desa Wirotaman, Kecamatan Ampelgading, Edi Sungkowo (55), mengaku hingga saat ini masih merasa takut untuk berada di dalam bangunan dengan waktu yang relatif lama.
"Untuk sementara ini masih ada trauma, masih khawatir," kata dia dikutip dari Antara, Senin (12/4/2021).
Kekhawatiran tersebut, dalam kaitan dengan gempa susulan yang melanda Desa Wirotaman. Saat ini, ia dan enam anggota keluarganya memilih untuk tidur di tenda dan tidak beristirahat di dalam rumah.
Rumah tempat tinggal Edi hancur dan hanya menyisakan beberapa bagian. Di Desa Wirotaman memang sering terasa terjadi gempa bumi, namun, gempa yang terjadi pada Sabtu (10/4), pukul 14.00 WIB itu, menimbulkan dampak sangat parah di desanya.
"Ini paling parah, sebelumnya ada (pernah ada gempa, red.), namun sebelumnya tidak ada yang separah ini," kata Edi.
Ia dan keluarganya tidak mengalami luka akibat ambruknya bangunan rumah tempat tinggalnya itu. Pada saat terjadi gempa itu, ia masih berada di kebun untuk bercocok tanam.
"Tiba-tiba sudah ambrol, saya merasakan getaran pada saat berada di kebun. Sudah memprediksi, dengan getaran sekuat itu, rumah saya akan ambrol," kata dia.
Sementara itu, trauma mendalam juga dirasakan warga lain di Desa Wirotaman, Warsono (67). Ia bersama istrinya lebih memilih tidur di bawah terpal yang berada cukup jauh dari halaman rumahnya.
Kejadian bencana yang mengguncang wilayah selatan Jawa Timur itu, menghancurkan rumah dan satu sepeda motor yang terparkir di dalamnya. Warsono dalam kondisi aman karena pada saat terjadi gempa, sedang duduk di luar rumah.
"Saat kejadian saya duduk di luar teras. Di dalam tidak ada orang, namun sepeda motor saya tertimpa reruntuhan," kata dia.
Ia juga mengatakan bahwa peristiwa itu bukan kali pertama di Desa Wirotaman. Sesuai ingatan Warsono, ada beberapa kali gempa yang mengguncang wilayah tersebut, namun tidak berdampak seperti saat ini.
Pada kejadian sebelumnya, rumah yang dibangun pada 1989 itu, masih berdiri kokoh. Memang ada kerusakan di bagian dapur, namun kerusakan tersebut tidak menghancurkan rumah yang ia diami bersama istrinya.
"Sebelumnya pernah gempa, tapi tidak sampai roboh. Kalau dahulu, yang pertama hanya dapurnya saja yang rusak, tapi saat ini roboh semua," kata dia.
Warsono merasa sangat sedih dengan ambruknya rumah tempat tinggalnya itu. Terlebih, tidak lama lagi akan memasuki bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Selain itu, panen kopi juga tidak ada hasil yang baik.
Saat ini, ia dan istri tidak memiliki harta apapun. Semua harta dan bendanya rusak tertimpa bangunan. Jika ia harus membangun rumahnya kembali, tak ada uang yang cukup.
"Sudah bersiap untuk Ramadhan dan Idul Fitri. Saya nelongso, saya sudah tidak punya apa-apa lagi, semua rusak," kata dia.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan telah menyiapkan upaya untuk membenahi rumah para korban yang terdampak gempa bumi tersebut. Untuk rumah yang mengalami kerusakan sedang dan ringan, pembangunan bisa dilakukan secara swakelola.
Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo mengatakan bahwa bantuan untuk pembangunan rumah tersebut, bisa diperoleh ketika pemerintah daerah mengajukan pendanaan kepada BNPB. Pengajuan tersebut, harus menyertakan nama dan alamat warga, termasuk Nomor Induk Kependudukan (NIK).
"Itu bisa dibangun secara swakelola. Sebelum ini diusulkan, pemerintah daerah harus mencantumkan daftar nama di desa atau kelurahan,” kata dia saat meninjau penanganan dampak gempa di Kecamatan Ampelgading.
Jumlah bantuan untuk pembenahan rumah yang terdampak gempa Malang itu, berbeda-beda jareba tergantung dengan tingkat kerusakan. Untuk rumah yang rusak berat, pemerintah pusat menyiapkan dana stimulan Rp50 juta, rusak sedang Rp 25 juta, dan rusak ringan Rp10 juta.
Pembangunan kembali rumah yang mengalami rusak berat juga akan mendapatkan bantuan tenaga dari unsur TNI, Polri, serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Diharapkan perbaikan rumah dengan kerusakan sedang dan ringan bisa dilakukan secepat mungkin.
Selain menyiapkan bantuan untuk rehabilitasi rumah warga yang mengalami kerusakan, BNPB menyiapkan dana siap pakai sebesar Rp1 miliar yang akan dipergunakan untuk penanganan dampak gempa bumi di wilayah Jawa Timur.
Dana tersebut akan disiapkan untuk menyiapkan dapur lapangan, yang disalurkan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Nantinya, dana itu akan disalurkan ke masing-masing daerah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur.
BNPB memastikan bahwa seluruh instrumen pemerintah, seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian PUPR, Kementerian Sosial, akan memberikan bantuan penanganan dampak gempa di Malang tersebut.
"Kami pemerintah pusat tidak tinggal diam, kami hadir untuk memberikan bantuan untuk masyarakat terdampak," kata dia.
Wilayah Indonesia memiliki potensi terjadinya gempa bumi. Pantai selatan Jawa, termasuk salah satu wilayah yang berisiko tinggi terkena gempa. Oleh karena itu, diharapkan masyarakat tidak panik saat terjadi gempa bumi.
Dalam upaya untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat apabila terjadi gempa bumi, BNPB meminta seluruh pemangku kepentingan di masing-masing wilayah untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat dalam menghadapi peristiwa tersebut.
Hal tersebut bertujuan memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak panik saat terjadi gempa bumi. Pelatihan itu juga diharapkan menjadi bagian kesiapsiagaan dan kewaspadaan masyarakat.