Pakar Biologi Molekuler Optimis Covid-19 di Indonesia Tak Separah di India

| 09 May 2021 19:20
Pakar Biologi Molekuler Optimis Covid-19 di Indonesia Tak Separah di India
Relawan dan kerabat bersiap mengremasi jenazah pasien Covid-19 di krematorium desa Giddenahalli, Bengaluru, India, Minggu, (2/5/2021). (ANTARA FOTO/REUTERS/Samuel Rajkumar/WSJ/sa/am).

ERA.id - Pakar biologi molekuler Universitas Sriwijaya Prof Yuwono optimis kondisi kasus Covid-19 di Indonesia tidak sampai menjadi tsunami seperti di India karena terdapat banyak faktor yang membuat Indonesia cenderung lebih aman.

"Setidaknya ada enam faktor, mulai dari faktor genetik, varian, kultur sosial, gizi, persatuan dan vaksin," kata Prof Yuwono di Palembang, Minggu, (9/5/2021), dikutip ANTARA.

Menurut dia dari sisi genetika orang-orang India masih satu trah dengan gen kaukasia atau proto europe (eropa tua) yang memang 70 persen sangat beresiko terpapar Covid-19, sedangkan genetika di Indonesia lebih bervariasi sehingga tingkat ketahanan masyarakatnya lebih kuat.

Termasuk orang-orang India yang telah menetap lama di Indonesia secara alami mengalami penguatan imunitas karena terpengaruh kondisi makanan hingga udara di Indonesia.

Selanjutnya dari faktor varian, Prof Yuwono menyebut di India sudah menyebar seluruh varian Covid-19, mulai dari varian Afrika Selatan hingga Inggris yang mengindikasikan Covid-19 mengalami tropisme atau kecocokan dengan wilayah tersebut.

"Sedangkan sebaran varian Covid-19 di Indonesia yang terlaporkan sampai hari ini masih sedikit," katanya.

Ia juga menilai faktor sosial kultur dampak tingkat kepadatan penduduk yang mencapai satu miliar jiwa turut memicu India mengalami tsunami Covid-19, menurutnya sistem kasta yang menciptakan jenjang sosial telah menekan orang-orang tidak mampu di India lebih rentan terpapar Covid-19.

Sementara Indonesia yang memiliki jumlah penduduk hanya seperempat dari total penduduk India memiliki sistem perlindungan sosial yang lebih menjamin pelayanan kesehatan terhadap semua kasus positif Covid-19.

Jenjang sosial tersebut juga memicu keterpenuhan gizi sebagian warga India berada pada level yang cukup mengkhawatirkan.

"Akibatnya mereka lebih mudah terpapar dan sakit namun sulit sembuh," kata Prof Yuwono yang mengaku pernah berkunjung ke India.

Ia menilai faktor konflik antarkelompok yang masih bergejolak di India juga mempengaruhi penanganan Covid-19, padahal menurutnya persatuan memiliki dampak sangat besar karena akan mempercepat proses pemulihan suatu bangsa dalam menekan wabah.

Selain itu faktor euforia vaksin turut menjadi pemicu tidak langsung tsunami Covid-19 di India, sebab dengan produk vaksin yang baru memegang izin EUA serta efikasi di bawah 80 persen seharusnya belum bisa menjamin masyarakat bebas meningkatkan aktifitasnya tanpa protokol kesehatan, tambahnya.

Oleh karena itu ia menilai sosialisasi protokol kesehatan di tengah program vaksinasi harus terus digaungkan di Indonesia agar penanganan Covid-19 tetap terkendali.

Rekomendasi